Mohon tunggu...
adi mulia pradana
adi mulia pradana Mohon Tunggu... -

dari HI UGM untuk Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Money

Meminimalkan Biaya Ekonomi dengan Pengelolaan Harga Energi: Open Access

5 Desember 2013   05:47 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:18 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Penggunaan pipa gas (Open Access) memang bertendensi persaingan terbuka antara Pertamina dengan Perusahaan Gas Negara atau PGN. Kalau open access sudah dilakukan, memang seharusnya akan terjadi penurunan harga gas, lebih-lebih ditambah sekarang ada jaminan pasokan. Tapi faktanya, harga gas di Indonesia amat mahal, dan selama ini ditunding penyebab mahalnya harga gas ini adalah pihak PGN.

Monopoli usaha menyebabkan persaingan transportasi dan distribusi nasional belum berimbang, sehingga integrasi pipa transmisi dan distribusi gas menjadi tidak efektif. Selain itu, ketidakjelasan status ruas pipa menimbulkan ambiguitas sistem pipa penyaluran gas. Diperlukannya pengawasan oleh suatu badan atau institusi sebagai fasilitator dan koordinator dalam implementasi open access.

Pendapat terkait Open Accces sebagai hal yang baik, juga disamapaikan oleh ekonom Rhenald Kasali. (selebihnya bias dicek di >> http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2013/12/02/1103126/Babak.Baru.Open.Access.Siapa.yang.Diuntungkan. ) Selebihnya, saya izin menyampaikan apa yang telah disampaikan Pak rhenald terkait Open Access.

Open Access, sebuah dobrakan pasca perang dingin yang dilakukan untuk membuat flow barang, jasa dan manusia bergerak lancar, murah, efisien dan lebih banyak orang yang bisa menikmati.

Seperti Tower Bersama dalam industri telekomunikasi, atau ATM bersama dalam industri perbankan, perubahan serupa tengah terjadi dalam pendistribusian gas dengan 40-an pemain.

Dari 40 pemain itu, pemilik jalan (pipa) ada 16, selebihnya adalah trader biasa. Nah, dari 16 pemilik pipa, hanya ada 2 pemain besar: Pertagas dan PGN. Yang satu pemain baru, yang satunya pemain lama yang sudah menguasai hubungan dengan pelanggan.

Lalu bagaimana impact dari perubahan ini pada keduanya?

Heboh Akuisisi

Di media massa saya membaca berbagai kehebohan yang disampaikan berbagai pihak. Seperti layaknya perubahan-perubahan besar, kehebohan seperti ini selalu dipicu oleh persepsi-persepsi buruk akan datangnya bencana, kekalahan atau kerugian besar. Berbagai tuduhan dan isu pun beredar, termasuk isu tentang akuisisi yang lalu dianalisis baik buruknya.

Kata ahli rumor Allport dan Posman, kalau tak ada informasi yang dimengerti, imaginasi pun digoreng.

Tapi baiklah kita kupas perubahan yang terjadi. Saya ambil kajian yang dilakukan secara ilmiah oleh seorang analis keuangan dari UBS yang pada 13/6/2012 menurunkan laporan tentang Perusahaan Gas Negara yang berjudul: The End Game.

PGN memang pemain dominan dalam penyaluran gas. Ia baru memiliki lawan tangguh (Pertagas) beberapa tahun belakangan ini yang lahir dari proses transformasi di Pertamina yang diamanahkan menjadi Powerhouse Indonesia.

Menurut analis UBS, competitiveness PGN akan pudar karena dua hal: Open Access (pada pipa transmisi dan distribusi) dan terminal penerima LNG.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun