Mohon tunggu...
Adica Wirawan
Adica Wirawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - "Sleeping Shareholder"

"Sleeping Shareholder" | Email: adicawirawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Ketika Raditya Dika Beri Kado Saham kepada Anaknya

10 Mei 2021   07:00 Diperbarui: 10 Mei 2021   13:02 4688
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Raditya Dika dan anaknya/ sumber: kompas.com

Jika orangtua lain biasanya memberikan pakaian atau mainan pada hari ulang tahun anaknya, maka Raditya Dika malah melakukan hal yang agak berbeda. Pasalnya, sewaktu anaknya genap berusia dua tahun, ia justru menghadiahkan 11 lot saham.

Pemberian itu dilakukan bukan tanpa konsep. Ia sengaja memberikan saham perusahaan makanan bayi dan es krim yang suka dikonsumsi anaknya. Jumlahnya pun disesuaikan dengan tanggal ulang tahun anaknya.

"Kakak lahir tanggal 6 bulan 5. Jadi, 6 lot saham perusahaan yg makanan bayi/balitanya kakak suka. Lalu 5 lot perusahaan yang es krimnya kakak suka (hampir tiap hari minta!)," ujarnya, seperti dikutip dari laman okezone.com.

Karena anaknya masih kecil, maka hadiah saham yang diberikan bakal disimpan di Rekening Dana Nasabah (RDN). Kelak, ketika sudah berusia dewasa, saham tadi bakal dialihkan ke rekening saham milik anaknya.

"Nanti pas umur 17 tahun pas udah bisa punya RDN bakal aku alihkan, mudah2an perusahaannya makin bertumbuh dan kakak bisa langsung memahami apa itu kekuatan compounding returns. Love you much," tambah Raditya.

Raditya Dika mungkin merupakan salah satu artis yang paham betul tentang "keajaiban" compounding dalam investasi saham. Ia mengerti bahwa dengan menggunakan prinsip compounding, nilai uang yang ditanamkan di saham bisa bertumbuh berkali-kali lipat dalam jangka panjang. (Informasi terkait keajaiban compounding bisa dibaca di artikel '"Compound Interest", Rahasia Melipatgandakan Uang Tanpa Mistis'.)

Maka, jangan heran, meskipun nilai saham yang dihadiahkan Raditya Dika sekarang mungkin masih kecil, namun bukan mustahil, begitu anaknya sudah dewasa kelak, nominalnya bisa bertumbuh jadi besar.

Pendidikan Finansial

Apa yang dilakukan oleh Raditya Dika tersebut boleh jadi merupakan sebuah pendidikan finansial di dalam keluarga. Pendidikan ini memang penting diberikan. Maklum, pendidikan seperti inilah yang menjadi "bekal" bagi seorang anak untuk menghadapi kehidupan dewasa kelak.

Sayangnya pendidikan finansial demikian umumnya tidak diperoleh di sekolah. Pendidikan tersebut biasanya hanya diajarkan di lingkungan keluarga. Alhasil, pendidikan ini sangat bergantung pada pengetahuan yang dimiliki orangtua. Jika orangtua mengerti soal pendidikan finansial dengan baik, maka hal itu bakal mempermudah seorang anak untuk mempelajari dan memahaminya.

Namun, yang jadi persoalan ialah apabila orangtua sama sekali tidak tahu tentang pendidikan finansial. Kalau ini terjadi, lantas bagaimana seorang anak memiliki keterampilan yang baik dalam mengelola finansialnya nanti?

Pendidikan Finansial/ sumber: writingsandwanderlust.com
Pendidikan Finansial/ sumber: writingsandwanderlust.com
Situasi itulah yang saya alami. Sejak saya kecil, orangtua kerap mendidik saya untuk rajin menabung. Mereka mengajarkan bahwa apabila memperoleh uang dari gaji atau usaha lain, sebaiknya ditabung saja.

Tentu saja ajaran ini tidaklah keliru. Saya mengikutinya dengan senang hati. Alhasil, setelah bekerja, saya jadi rajin menyisihkan sebagian pendapatan, berapa pun nominalnya, untuk ditabung.

Meski begitu, lama-lama saya jadi sadar, bahwa menabung hanyalah sebuah awal dalam upaya membangun sebuah aset. Saya perlu melakukan hal yang baru supaya aset saya bisa bertumbuh dengan cepat. Salah satu cara yang bisa saya lakukan untuk mewujudkan hal tersebut adalah dengan berinvestasi.

Di titiklah saya sering menemui masalah, sebab orangtua saya tidak mengerti sedikit pun soal investasi. Tidak ada seorang pun di keluarga saya yang bisa mengajari saya tentang berinvestasi.

Alhasil, saya mesti mencari tahu sendiri tentang cara sukses berinvestasi, dan jujur saja, hal ini menghabiskan banyak waktu, tenaga, dan uang, karena saya mesti melewati banyak sekali jalan, sebelum akhirnya menemukan investasi yang tepat bagi saya.

Bertahap

Berbeda dengan pendidikan yang umumnya diberikan di sekolah, pendidikan finansial di lingkungan keluarga sebaiknya disampaikan secara bertahap, sedikit demi sedikit, supaya pemahaman anak dapat terbangun dengan baik.

Makanya, saya setuju dengan pendekatan yang dilakukan dengan Raditya Dika dalam mengenalkan pendidikan finansial kepada buah hatinya.

Pendidikan demikian memang sebaiknya diajarkan dengan gaya yang lebih santai, bahkan terkesan lucu dan tanpa paksaan sama sekali, sehingga anak pun boleh jadi tidak sadar bahwa ia sedang dikenalkan pada pendidikan finansial oleh orangtuanya.

Selain cara yang dipakai oleh Raditya Dika, sebetulnya ada hal lain yang bisa diajarkan orangtua supaya anaknya melek finansial. Di antaranya adalah membangun kebiasaan menabung.

Dalam pendidikan finansial, menabung merupakan kegiatan yang fundamental. Saya kira, nyaris semua orang yang sekarang sukses secara finansial mengawali keberhasilannya dari menabung. Alhasil, jika ingin menumbuhkan kecerdasan finansial kepada anak, maka ajarilah mereka cara menabung.

Cara lainnya ialah memberikan kebebasan kepada anak untuk mengatur keuangannya sendiri. Cara inilah yang dipakai kedua orangtua saya dulu. Alih-alih secara harian, orangtua saya justru memberi saya uang saku secara mingguan.

Meskipun nominal yang diterima di awal terbilang lumayan besar, namun hal ini "sukses" memaksa saya untuk pintar-pintar mengalokasikan setiap uang supaya mampu bertahan hingga akhir minggu.

Jika saya langsung menghabiskan semuanya dalam 3 hari saja, maka saya harus siap tidak bisa jajan untuk 4 hari berikutnya. Alhasil, saya pun jadi terbiasa berhemat, dan hal itu "kebablasan" sampai hari ini.

Cara berikutnya ialah mengajarkan untuk beramal. Terlepas dari sisi spritualitasnya, saya merasa bahwa beramal, bersedekah, berdana, atau semacamnya merupakan bagian dari pendidikan finansial.

Meskipun terkesan mengurangi kekayaan, namun beramal ternyata mempunyai kemampuan luar biasa yang tidak bisa dijelaskan dengan logika, dalam hal mendatangkan rezeki.

Sudah ada cukup banyak contoh yang memperlihatkan bahwa seseorang yang dermawan, alih-alih hartanya berkurang, justru semakin bertambah, setelah rutin beramal. Makanya, bagi yang meyakini keampuhan beramal, sebaiknya hal ini diajarkan sedini mungkin. (Informasi terkait keampuhan beramal bisa dibaca di artikel "Bersedekah Bisa Memperlancar Bisnis?")

***

Mengajarkan pendidikan finansial kepada anak memang gampang-gampang susah. Gampang jika orangtua sebelumnya sudah mempunyai pengalaman dan keterampilan dalam mengelola keuangan dengan baik, sementara susah karena pendidikan ini jelas membutuhkan waktu yang panjang, bisa dalam hitungan beberapa tahun atau bahkan belasan tahun, bergantung pada tingkat pemahaman yang dimiliki anak.

Meski begitu, sesulit-sulitnya upaya yang dilakukan, tetapi pendidikan ini tetap harus disampaikan. Jika orangtua mempunyai kesabaran yang cukup dalam membimbing anaknya, sampai anaknya sepenuhnya melek finansial, maka bukan mustahil, hal ini kelak akan menghasilkan buah yang positif bagi kehidupan anak tersebut.

Salam.

Referensi:
okezone.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun