Dalam perjalanan bisnis pun, ia lebih suka terbang di kelas ekonomi. Ia juga tidak sungkan menyantap makanan sederhana yang disajikan untuknya.
Semua itu dilakukannya karena sejak muda, Sam sudah terbiasa menjalani gaya hidup bersahaja. Kebiasaan ini ternyata sudah "mendarah daging", sehingga ia terus mempertahankan gaya hidup yang sama, bahkan setelah ia didapuk menjadi orang terkaya di Amerika Serikat pada tahun 80-an.
Kisah Sam Walton tadi sesungguhnya mengandung pesan agar kita senantiasa mengendalikan hawa nafsu. Pengendalian tersebut cukup penting karena itulah yang menjadi "kunci" keberhasilan Sam dalam mengelola kekayaannya.Â
Tanpa pengendalian nafsu yang kuat, sepertinya sukar bagi Sam untuk dapat membangun kerajaan bisnisnya yang besar tersebut.
Mengendalikan hawa nafsu memang gampang-gampang susah. Hal itu memerlukan latihan tertentu agar kita terampil melakukannya. Satu latihan yang cukup sering saya terapkan ialah memasukkan semua barang yang ingin saya beli ke daftar watchlist. Latihan ini cocok dilakukan, terutama kalau kita ingin berbelanja barang secara online.
Misal, jika tertarik membeli handphone baru, saya biasanya akan mencari semua jenis handphone yang saya suka di sejumlah toko online. Setelah melihat sana-sini, saya  bisa berminat membeli 5 handphone, bisa juga lebih.
Namanya juga keinginan. Jadi sah-sah saja kalau saya menginginkan banyak. Lagipula, semuanya belum tentu saya beli karena cuma "parkir" ke dalam watchlist. Setelah keinginan tadi terpenuhi, saya mengambil jeda untuk membikin keputusan. Jangka waktunya bisa beberapa hari, minggu, atau bulan.
Dalam masa jeda itulah, saya berupaya "mendinginkan" emosi saya, sehingga saya bisa berpikir dengan jernih. Saya tidak ingin memutuskan sesuatu ketika sedang terbawa emosi, karena ujung-ujungnya saya bisa menyesal.
Baru setelah mempertimbangkan plus-minusnya dengan saksama, saya melakukan pembelian. Dengan cara tadi, saya lebih sering membikin keputusan yang tepat dalam membeli barang, sehingga terhindar dari pemborosan.
***