Oleh karena itu, dalam memelihara SSK, lembaga-lembaga tadi tentu tidak bisa bekerja sendirian. Peran serta kita jelas dibutuhkan, apalagi dalam situasi krisis seperti sekarang. Makanya, walaupun tidak bisa membikin kebijakan, namun, kita bisa melakukan 5 perilaku cerdas berikut untuk menjaga SSK.
1. Mengutamakan Pembayaran secara Nontunai
Sejak wabah Virus Corona meluas di tanah air, Bank Indonesia terus mengimbau masyarakat untuk mengoptimalkan penggunaan alat pembayaran nontunai dalam bertransaksi sehari-hari. Hal itu dilakukan untuk mencegah kerumunan di ATM atau bank, yang dianggap bisa memperpanjang "mata rantai" penyebaran Virus Corona, serta memastikan higienitas dan ketersediaan uang rupiah di masyarakat.
Saya pribadi sekarang lebih sering melakukan transaksi secara nontunai lewat mobile banking dan dompet elektronik. Selain bisa mematuhi anjuran untuk #DirumahAja, transaksi yang dilakukan juga jadi lebih praktis, sederhana, dan untung, mengingat beberapa dompet elekronik yang saya pakai menawarkan cashback untuk setiap transaksi. Alhasil, tanpa perlu keluar rumah, urusan keuangan bisa diselesaikan dengan mudah.
Menggunakan transaksi secara nontunai juga turut menciptakan iklim SSK yang sehat, karena masyarakat bisa menggunakan uang secukupnya, serta menghindari terjadinya "rush money" di bank.
Walaupun dalam situasi krisis, keberadaan uang tunai memang berharga, namun, menarik uang tunai secara masif dari bank karena terbawa kepanikan jelas bukanlah perilaku yang cerdas.
Sebab, hal itu hanya akan menimbulkan risiko yang lebih besar, seperti tindak kriminal dan rusaknya fisik uang. Jadi, lebih baik, kita menggunakan uang tunai seperluanya saja, serta melakukan transaksi secara nontunai demi mencegah penyebaran Virus Corona.
2. Membeli Produk UMKM dengan Harga Pantas
Membantu para pelaku UMKM agar bisa bertahan di tengah wabah Corona tak hanya dapat dilakukan dengan menyalurkan bantuan sosial, tetapi juga dengan membeli barang-barang yang dijualnya dengan harga yang pantas. Bantulah bisnis mereka dan jangan terlalu banyak menawar harga.
Saat membeli barang dari UMKM, saya pribadi enggan melakukan tawar-menawar harga kepada penjualnya, karena saya paham bahwa mereka juga butuh penghidupan, apalagi dalam situasi yang serba susah seperti sekarang.