Mohon tunggu...
Adica Wirawan
Adica Wirawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - "Sleeping Shareholder"

"Sleeping Shareholder" | Email: adicawirawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Mengulik Fundamental Saham Milik Asabri

12 Januari 2020   09:01 Diperbarui: 17 Januari 2020   04:54 1582
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Belakangan nama Asabri sedang diterpa isu negatif setelah Menkopolhukam Mahfud MD menyebut bahwa portofolio saham yang dikelola Asabri merugi hingga 10 triliun rupiah. (Sumber gambar: industry.co.id)

Pergerakan saham HRTA (sumber: dokumentasi pribadi)
Pergerakan saham HRTA (sumber: dokumentasi pribadi)
Sementara, untuk saham ICON, fundamentalnya cukup menarik, karena saham ini tipikal "saham turnaround". Saham ini sempat rugi cukup dalam pada tahun 2015.

Namun, beberapa tahun kemudian, keadaan berbalik: perusahaan berhasil membukukan laba, yang terus meningkat dari waktu ke waktu. ROE dan profit marjin-nya turut melambung dalam tiga tahun terakhir, sementara utangnya berkurang. Ini menandakan bahwa perusahaan mulai bangkit.

Anehnya, biarpun mempunyai fundamental yang lumayan bagus, harga kedua saham tadi susah "ngangkat". Saat artikel ini ditulis, saham HRTA dihargai Rp 208 per lembar, sementara ICON Rp 70.

Pergerakan saham ICON (sumber: dokumentasi pribadi)
Pergerakan saham ICON (sumber: dokumentasi pribadi)
Jika dilihat dari tren-nya, pergerakan harga saham ini cenderung turun. Barangkali investor takut memegang saham ini lebih lama akibat kasus yang sedang membelit Asabri.

Investor khawatir kalau sewaktu-waktu Asabri terpaksa menjual semua sahamnya, hal itu akan membikin harga saham tersebut jatuh. Makanya, sebelum hal itu terjadi, beberapa bulan lalu, saham ini tampak "diobral".

Lalu, bagaimana dengan fundamental saham lainnya? Rata-rata terlihat lemah. Pertumbuhannya inkonsisten, sehingga harganya pun susah diprediksi. Sebut saja saham NIKL, yang laporan keuangannya banyak ditandai warna merah.

Dalam lima tahun terakhir, hanya pada tahun 2016 dan 2017, NIKL mencatatkan keuntungan, sementara selebihnya kerugian. Pada tahun ini, laporan keuangannya membaik, lantaran sempat untung pada awal tahun, tetapi kalau dilihat dari pertumbuhan laba antarkuartal, saham ini malah cenderung berbalik menjadi rugi lagi.

Pergerakan saham NIKL (sumber: dokumentasi pribadi)
Pergerakan saham NIKL (sumber: dokumentasi pribadi)
Saham lain yang juga masih menanggung kerugian ialah saham PCAR. Di saham ini, Asabri menggenggam 293 juta lembar atau menguasai 25% dari saham yang beredar. Fundamental saham ini pun tampak lemah.

Sejak melakukan IPO pada tahun 2017, labanya masih minus, dan sampai sekarang belum ada tanda-tanda bahwa perusahaan akan beranjak dari "zona merah". Makanya, jangan heran, sahamnya terkapar di harga Rp 338 per lembar.

Pergerakan saham PCAR (sumber: dokumentasi pribadi)
Pergerakan saham PCAR (sumber: dokumentasi pribadi)
Senasib dengan PCAR, saham SDMU juga belum mengindikasikan perbaikan kinerja. Bahkan, boleh dibilang, saham yang dikuasai oleh Asabri sebanyak 18% ini lebih parah kondisinya, karena sudah masuk "Klub Gocap".

Jika dilihat dari grafik harganya, saham ini sudah menghuni "Klub Gocap" sejak awal tahun 2019, dan sepertinya masih betah berada di sana sampai tulisan ini dibuat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun