Mohon tunggu...
Adica Wirawan
Adica Wirawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - "Sleeping Shareholder"

"Sleeping Shareholder" | Email: adicawirawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Sosok Joker yang "Dicintai" Investor Kalem

14 Oktober 2019   09:01 Diperbarui: 14 Oktober 2019   11:28 1601
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Joker| Sumber: Warner Bros

Gaung nama Joker masih terasa hingga sekarang. Sampai tulisan ini dibuat, setidaknya saya masih menemukan satu-dua postingan di medsos yang menyertakan sosok Joker di dalamnya. 

Rival utama Batman ini sepertinya mendapat "panggung" tersendiri di jagat teater dunia maya, sehingga ada begitu banyak warganet yang membahasnya.

Sejatinya sosok Joker adalah representasi dari kegilaan. Ia lahir dari perpaduan beragam emosi negatif, seperti depresi, kesedihan, dan kekecewaan.

Di film, semua emosi itu tercermin dalam kehidupan Arthur Fleck (Joaquin Phoenix). Arthur yang terus mengalami kegagalan demi kegagalan, serta mendapat perundungan dari lingkungan sekitarnya, akhirnya memutuskan berubah. 

Semua rasa sakit itulah yang akhirnya membentuk sosok Joker, yang dingin, sadis, dan kejam dalam dirinya.

Sosok Joker mengingatkan saya pada "Mr. Market" yang kerap muncul di bursa saham. Keduanya ternyata punya kesamaan, terutama dalam hal perubahan emosi yang ekstrem.

"Mr. Market" adalah istilah yang dicetuskan oleh Benjamin Graham. "Bapak investasi nilai" ini menggunakan istilah tersebut untuk menggambarkan mood investor di bursa saham.

Mood investor saham ternyata bisa berubah-ubah dalam hitungan bulan, minggu, hari, atau bahkan menit. Mood itulah yang menggerakkan harga saham sepanjang waktu perdagangan.

Perubahaan mood "Mr. Market" yang cepat umumnya disebabkan oleh sentimen yang berembus di pasar saham. Kalau yang datang ialah kabar bagus, "Mr. Market" dapat sangat bergairah. Ia bisa "dibanjiri" euforia berlebihan, dan hal itulah yang membikin harga saham melambung melampaui fundamentalnya.

Sementara, jika sentimen yang muncul adalah kabar buruk, "Mr. Market" menjadi mudah muram, takut, dan panik. Emosi itulah yang kemudian dapat memicu aksi jual besar-besaran alias panic selling. Dalam kondisi demikian, jangan heran, harga sebuah saham bisa ditekan sangat dalam.

Seperti Joker, suasana hati "Mr. Market" sangat sukar ditebak. Tidak ada satu pun yang bisa memprediksi moodnya secara akurat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun