Mohon tunggu...
Adica Wirawan
Adica Wirawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - "Sleeping Shareholder"

"Sleeping Shareholder" | Email: adicawirawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Membaca Bisa Membuatmu Jadi "Kaya"?

3 Oktober 2018   10:09 Diperbarui: 4 Oktober 2018   06:00 3461
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
the readers fest yang diselenggarakan gramedia.com di gedung tjipta niaga kota tua pada tanggal 1-7 oktober 2018 (sumber: dokumentasi adica)

"Kalau kita banyak membaca, kita jadi banyak tahu; kalau kita banyak tahu, kita dekat dengan kepintaran. Orang yang dekat dengan kepintaran, ia dekat dengan kekayaan."

Kata-kata itu disampaikan oleh Lo Kheng Hong dalam sebuah talk show di Ukrida beberapa tahun lalu. Walaupun kalimatnya terkesan sederhana, ia tentu tidak asal bicara. Baginya, membaca itu tak hanya membuka wawasan, tetapi juga "mendongkrak" kekayaannya.

Bagaimana bisa hanya dengan membaca kita jadi kaya? Ternyata bisa, dan itu sudah dibuktikan sendiri oleh Lo Kheng Hong. Lo Kheng Hong sendiri memang diketahui gemar membaca. Ia menghabiskan waktu sekitar enam jam sehari untuk membaca.

Lo Kheng Hong mempunyai sebuah taman kecil yang asri di rumahnya, dan ia menghabiskan banyak waktunya di situ dengan membaca, membaca, dan membaca. Ada berbagai macam bacaan yang "dilahapnya". Mayoritas memang "berbau" keuangan dan investasi, seperti koran khusus ekonomi, laporan keuangan perusahaan, dan buku-buku investasi, khususnya yang menguak kehidupan Warren Buffett, "investor legendaris" dari Amerika Serikat, yang juga idolanya.

Lo Kheng Hong mengaku "haus" akan informasi. Makanya, setiap hari, ia tak jenuh-jenuhnya membaca beragam artikel, terutama yang menunjukkan kinerja perusahaan-perusahaan yang diminatinya.

Bagi Lo Kheng Hong, kegiatan itu menjadi semacam "barometer" untuk menyeleksi saham. Kalau ia menemukan satu saham yang menarik, biasanya ia akan mencari semua informasi tentangnya, dan kalau proses seleksi sudah oke, barulah ia "menggelontorkan" uangnya untuk membeli saham tersebut.

Hal itu terus diulangi Lo Kheng Hong sejak dulu, hingga itu sudah jadi kebiasaan yang mendarah daging. Uniknya, berkat kebiasaan itu pulalah, ia mampu menemukan perusahaan yang bertumbuh, dan dana yang ditanamnya di perusahaan itu bertambah berkali-kali lipat, seiring meningkatnya harga saham di lantai bursa. Berkat kelihaiannya dalam memilih saham, jangan heran kalau kemudian ia dijuluki Warren Buffett-nya Indonesia.

Sebagai seorang yang hobi membaca, pengalaman yang disampaikan Lo Kheng Hong di atas telah membuka "horison baru" dalam pikiran saya. Bahwa membaca itu ternyata lebih dari sekadar memperkaya wawasan, tetapi juga mampu meningkatkan penghasilan. 

Dengan banyak-banyak membaca, kita jadi semakin tahu; dan kalau kita semakin tahu, kita semakin mudah mencapai kekayaan. Bukankah orang yang punya banyak ilmu, memiliki banyak cara untuk mewujudkan keinginannya? Ternyata ada "simbiosis" yang kuat antara pengetahuan dan kekayaan.

Kebiasaan membaca memang perlu ditumbuhkan, dipupuk, dan dipelihara. Satu di antaranya ialah dengan mengunjungi bazar buku. Di sana, kita biasanya akan menemukan buku bagus dengan harga murah.

Satu bazar buku yang baru kemarin saya kunjungi adalah The Readers Fest, yang diselenggarakan oleh Gramedia.com. Bazar buku yang dilangsung di Gedung Tjipta Niaga Kota Tua dari tanggal 1-7 Oktober itu memang menawarkan buku dengan "harga miring", kisaran Rp 10.000-30.000 saja.

Oleh karena punya cukup banyak waktu setelah menghadiri sebuah event, saya memutuskan menyambangi bazar itu naik KRL. Saya turun di Stasiun Jakartakota, lalu lanjut ke lokasi dengan jalan kaki, lantaran jaraknya terbilang dekat, sekitar 600 meter dari stasiun.

pintu masuk the readers fest (dokumentasi adica)
pintu masuk the readers fest (dokumentasi adica)
Setelah kuyup berjalan di belakang para bule, yang tampak asyik ber-selfie seolah lupa betapa "membaranya" cuaca di ibukota, akhirnya saya tiba di lokasi. Biarpun itu hari kerja, ternyata cukup banyak pengunjung yang hadir. Masing-masing pengunjung tampak asyik menyusuri rak yang dibagi atas tiga zona harga, yaitu zona Rp 10.000, zona Rp 20.000, dan zona Rp 30.000.

ramainya pengunjung di bazar buku the readers fest (sumber dokumentasi adica)
ramainya pengunjung di bazar buku the readers fest (sumber dokumentasi adica)
Setelah sekitar satu jam berkeliling, saya memutuskan memboyong 3 buku, yaitu Whatever You Think, Think The Opposite, Cerita Buat Para Kekasih, dan Secrets of Millionaire Investors. Untuk memperoleh buku itu, saya hanya mengeluarkan uang sebesar Rp 40.000 saja! Murah bukan? Kapan lagi kita bisa mendapat buku yang bagus dengan harga yang juga bagus seperti itu?

Mengapa saya memilih ketiga buku itu di antara puluhan, atau bahkan ratusan buku yang dipanjang di bazar tersebut? Karena mereka "memperkaya" saya dalam ketiga aspek berikut.

Memperkaya Pikiran

Whatever You Think, Think The Opposite adalah buku yang unik. Ia ditulis oleh Paul Arden, seorang pemikir kreatif, dan Paul tahu cara menyampaikan "gagasan nyeleneh", yang menjungkirbalikkan persepsi kita selama ini.

buku whatever you think, think the opposite (sumber dokumentasi adica)
buku whatever you think, think the opposite (sumber dokumentasi adica)
Buku ini sebetulnya sudah pernah saya baca di kampus bertahun-tahun yang lalu. Saya ingat ia diterbitkan di bawah label Erlangga. Ingin saya memilikinya. Namun, setelah dicari sana-sini, ia ternyata tidak ada di toko buku, dan sepertinya tidak dicetak ulang lagi.

Bertahun-tahun kemudia Penerbit Gramedia Pustaka Utama membeli hak terbitnya, dan menerbitkannya. Saya sempat melihatnya di toko buku. Namun, lagi-lagi saya berhalangan membelinya. Kalau dulu terkendala stok buku, kini soal harga, yang tidak "akur" dengan isi dompet saya.

Akhirnya, niatan untuk membeli buku itu "tidur" di pikiran saya, hingga akhirnya ia terbangun kembali sewaktu saya menemukannya di bazar kemarin. Oleh karena dihargai murah---sangat murah bahkan, tanpa pikir panjang, saya langsung menyambarnya.

Memperkaya Rasa

Sudah sejak lama saya membaca cerpen-cerpen karya Agus Noor baik yang sering nongol di Harian Kompas maupun yang sudah dibukukan. Bagi saya, cerpen-cerpennya unik, susah ditebak, dan sering "menjebak".

buku cerpen cerita buat para kekasih (sumber dokumentasi adica)
buku cerpen cerita buat para kekasih (sumber dokumentasi adica)
Saya sering mengalami trance saat membacanya, biarpun tidak sampai kesurupan. Sebab, emosi di dalam kisahnya sungguh kuat, sangat memperkaya rasa di dalam diri saya. Makanya, sewaktu menjumpai kumpulan cerpennya, yang berjudul cerita buat para kekasih, tanpa ragu, saya langsung membelinya.

Memperkaya Materi

Buku terakhir yang saya bawa pulang adalah Secrets of Millionaire Investors. Ia ditulis oleh Adam Khoo dan Conrad Alvin Lim, berisi tentang "jurus-jurus" berinvestasi saham.

buku secrets of millionaire investors (sumber dokumentasi adica)
buku secrets of millionaire investors (sumber dokumentasi adica)
Saya baru membaca buku ini sekilas, dan perlu membacanya berkali-kali lagi. Sebab, isinya sangat teknis, penuh istilah yang mesti saya pelajari lebih lanjut agar saya bisa memahami ajaran yang disampaikan di dalamnya.

Seperti kata-kata Lo Kheng Hong di awal, membaca itu ternyata tak melulu memperkaya wawasan, tetapi juga materi yang kita miliki. Saya membaca hampir setiap hari, karena saya merasa membaca itu membikin saya lebih banyak tahu, mampu memperkaya pikiran, perasaan, dan materi. Jadi, semakin berkualitas bacaan yang kita liput, semakin berkualitas pula hidup kita.

Salam

 Adica Wirawan, Founder of Gerairasa

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun