Mohon tunggu...
Adica Wirawan
Adica Wirawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - "Sleeping Shareholder"

"Sleeping Shareholder" | Email: adicawirawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Bagaimana Merayakan "Putus" Status dengan Penuh Suka Cita?

22 Desember 2017   10:06 Diperbarui: 22 Desember 2017   21:14 1744
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber ilustrasi: https://s-i.huffpost.com/gen/4262992/images/o-RELATIONSHIP-facebook.jpg

Kemarin petang, sewaktu pulang dari kantor, saya mendapat sebuah chat dari whatsapp, yang isinya hampir membuat air mata saya jatuh. Saya membacanya dengan cermat dan perlahan. Setelah selesai, saya menyelonjorkan kaki dan menyandarkan punggung di kursi, serta bergumam penuh suka cita di dalam hati. Pasalnya, kedua teman saya yang sudah lama berpacaran sekian tahun akhirnya "putus" juga.

Namun, sebelum menjelaskan semua duduk persoalan lebih lanjut, saya merasa perlu meluruskan persepsi kata "putus" di atas. Kata "putus" yang saya maksud bukanlah berakhirnya cinta di antara mereka berdua. Namun, maknanya ialah selesainya status mereka sebagai sepasang kekasih karena mereka akan memasuki jenjang pernikahan pada bulan Januari tahun depan.

Biarpun baru menerima undangan kemarin sore, sebetulnya saya sudah mendapat sinyal kuat bahwa mereka akan menjadi sepasang suami-istri beberapa tahun sebelumnya. Maklum saja, saya sudah mengenal keduanya sejak tahun 2009 saat saya membangun sebuah organisasi kampus bersama mereka. Pada saat itu, mereka baru menjalani tahap "penjajakan" alias pdkt. Tidak lama kemudian, keduanya resmi "go public" sebagai sepasang kekasih.

Makanya, sejak tahun 2009 sampai 2017, keduanya telah melewati masa pacaran yang terbilang lama, yaitu delapan tahun. Tidak banyak memang pasangan kekasih yang mampu menjalin cinta selama itu. Dalam durasi yang sedemikian panjang, mental keduanya tentu sudah "ditempa" oleh lika-liku percintaan yang sulit ditebak.

Kondisi susah dan senang tentu sudah dilewati sekian kali. Hingga, keduanya menuntaskan "tujuan" dari semua pasangan yang berpacaran, yaitu melangsungkan pernikahan. Dengan demikian putuslah status mereka sebagai kekasih, dan akan berlanjut menyandang status sebagai suami-istri.

Memutuskan status dengan indah
Bagi saya, itu adalah sebuah cara "putus" status yang inspiratif. Seperti kalimat twitter dari Pidi Baiq, tujuan pacaran adalah untuk putus, bisa karena berpisah, bisa karena menikah.

Makanya, pernikahan "barangkali" adalah sebuah tujuan dari pacaran. Saya sebut "barangkali" karena di "lapangan" ternyata tidak semua pasangan serius menindaklanjuti masa pacaran ke jenjang pernikahan. Telah cukup banyak contoh baik dari pesohor maupun warga biasa yang menunjukkan gejala demikian. Bagi yang bersangkutan, pacaran mungkin saja dipandang sekadar sebagai "pelengkap status sosial" tanpa kejelasan ujungnya.

Makanya, sering kita menjumpai kasus pasangan yang berakhir begitu saja biar pun sudah menikmati masa pacaran selama bertahun-tahun. Sebut saja kisah teman saya, yang dulunya sempat mencintai seorang pria selama sembilan tahun. Menurut ceritanya, hubungannya dengan pacarnya mengalir begitu layaknya air sungai, yang "lupa" menuju muara.

Oleh sebab itu, setelah sembilan tahun berpacaran, ia memutuskan menyudahi hubungannya, dan justru menerima pinangan teman kantornya biar pun mereka baru kenal beberapa bulan saja! Kini ia telah menjalani pernikahan selama enam tahun dan mengaku menikmati pernikahan tersebut bersama suaminya.

Barangkali tipe pacaran yang dialami oleh kawan saya adalah tipe pacaran yang memboroskan banyak hal. Maklum saja, pacaran itu ternyata enggak cukup bermodalkan cinta saja, tetapi kita juga harus mau keluar ongkos lain, misalnya, untuk mengunjungi destinasi wisata, menikmati film berkualitas di bioskop, dan menyantap kuliner yang lezat bersama pasangan.

Belum lagi, semua hadiah yang harus disiapkan manakala kita mamasuki tanggal penting, seperti ulang tahun pasangan dan anniversary.

Itu baru dilihat dari segi materi, belum termasuk waktu. Pasalnya tipikal pacaran tanpa kejelasan tujuan demikian jelas "memboroskan" waktu. Yang dirugikan jelas pihak perempuan. Pasalnya, perempuan bisa merasa jengah dan gerah manakala belum kunjung dilamar oleh kekasihnya.

Apalagi, perempuan juga punya ritme reproduksi yang terbatas. Pada umur empat puluhan saja, sudah ada wanita yang mengalami menopause. Bisa dibayangkan betapa sulitnya situasi yang dialami pihak perempuan yang ingin memiliki momongan tetapi belum kunjung resmi menjadi seorang istri.

Menentukan tujuan sejak pacaran
Untuk itulah sejak menjalani masa pacaran, obrolan seputar penikahan perlu sering dibangun. Hal itu bertujuan mengingatkan masing-masing pihak pada tujuan mereka berpacaran.

Sebut saja cerita teman saya yang lain. Sewaktu makan bakso bersamanya beberapa minggu lalu, dia sempat mengisahkan bahwa dia dan pasangannya sudah membuat komitmen untuk menyisihkan uang dua juta rupiah setiap bulan untuk "modal" nikah. Pasalnya, mereka berencana melangsungkan pernikahan tiga tahun ke depan alias pada tahun 2020. Jadi, kalau komitmen itu serius dilaksanakan, akan terkumpul uang 144 juta rupiah. Jumlah uang yang sangat cukup buat melaksakan pesta pernikahan di gedung.

Makanya, dari situ, masa pacaran yang mereka jalani dapat berlangsung jauh lebih efisien dijalani sebab sudah ada kejelasan tujuan. Yang tersisa hanya keteguhan dari masing-masing pihak dalam menghayati komitmen yang sudah dibuat.

Sekiranya, kalau menggunakan cara demikian, setiap pasangan yang menjalani masa pacaran dapat terhindar dari "jebakan" romantika yang sulit diprediksi. Masa pacaran pun dapat berlangsung lebih efisien. Dengan demikian, mereka bisa berjalan bersama menuju pelaminan, sebagaimana kedua teman saya.

Salam

Adica Wirawan, founder of Gerairasa.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun