Mohon tunggu...
Adi Bermasa
Adi Bermasa Mohon Tunggu... Jurnalis - mengamati dan mencermati

Aktif menulis, pernah menjadi Pemimpin Redaksi di Harian Umum Koran Padang, Redpel & Litbang di Harian Umum Singgalang, sekarang mengabdi di organisasi sosial kemasyarakatan LKKS Sumbar, Gerakan Bela Negara (GBN) Sumbar, dll.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

"Jumat Duka" di Bukittinggi, Janganlah Kita Sering Kehilangan Tongkat

19 November 2017   22:14 Diperbarui: 20 November 2017   14:19 842
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Warga Bukittinggi yang baru saja selesai melaksanakan Salat Subuh memandang asap hitam membumbung dari Pasar Aur Kuning yang terbakar, Jumat (17/11/2017). (FOTO: REPRO KORAN PADANG)

MENYENTUH, berita duka terbakarnya tiga kawasan pasar di Bukittinggi yang sama-sama terjadi pada Hari Jumat, sehari sebelum 'hari pasar' di Bukittinggi yang lazimnya pada Hari Sabtu dan tentunya mencatatkan ribuan transaksi jual-beli. Dari empat kebakaran besar yang melanda pasar di Bukittinggi dalam rentang waktu Mei-November 2017, hanya satu kebakaran yang terjadi pada Hari Senin, yaitu Pasar Atas Bukittinggi (30/10/2017).

Harian KORAN PADANG yang terbit di Sumatra Barat pada edisi Sabtu (18/11/2017), begitu rinci menampilkan laporan peristiwa musibah yang menimbulkan duka yang mendalam bagi banyak pihak itu.

Diberitakan dalam koran itu, kebakaran pertama melanda Pasar Aur Tajungkang pada 12 Mei 2017. Sedikitnya 28 petak toko ludes jadi abu. Sampai sekarang, bekas pasar Aua Tajungkang yang terbakar itu masih dalam perbaikan.

Pada Jumat, 27 Oktober 2017, komplek pertokoan di Pasar Banto yang masih berada dalam kawasan Pasar Bawah terbakar dan menghanguskan 3 petak toko.

Tiga hari kemudian, kebakaran dahsyat melanda Pasar Atas, tepatnya Senin dinihari, 30 Oktober 2017. Pasar Atas yang merupakan ikon Kota Bukittinggi luluh lantak dan ratusan kios jadi puing--puing. Sekitar 763 orang pedagang kehilangan tempat berjualannya dan 463 PKL ikut terdampak kehilangan lapak resminya.

Sigulambai kembali mengamuk pada Jumat (17/11/2017). Pasar Konveski Aur Kuning yang merupakan Tanah Abang kedua terbakar. Sedikitnya 900 lapak dan 64 toko berikut barang dagangan jenis pakaian jadi hangus terbakar

Peristiwa demi peristiwa itu memang sangat memprihatikan. Hanya saja, tiga musibah kebakaran yang terjadi pada Hari Jumat terasa cukup menarik. Sebagai wartawan yang sudah berpuluh tahun menganalisa dan menulis beragam peristiwa, peristiwa itu bagi penulis bukanlah sesuatu hal yang biasa, namun perlu dianalisa lebih mendalam.

Terbakarnya suatu bangunan, jelas karena api. Ini tidak bisa dibantah. Namun, sumber api dari mana? Konsleting listrik. boleh saja jawabannya demikian. Namun, yang memberi jawabannya adalah manusia, kita-kita ini. 

Bagaimanapun juga, kita tentu tidak ingin musibah itu datang. Tapi, apa dikata. Kalau boleh disebut, kok Jumat? Itu sudah takdir. Pasti ada yang bicara dermikian. Namun jangan cepat-cepat semuanya dikembalikan pada takdir. 'Ingat Sebelum Kena'. demikian nasehat atau petuah ampuh dari tetua kita di ranah Minang tercinta ini. 

Mungkin kita sudah lupa dengan beragam nasehat baku dari tetua kita itu. Sehingga, jadilah kita orang pelupa. Kita tidak sadar, musibah itu bisa saja datangnya tidak terduga. Kita lupa merawat fasilitas listrik. Kita lupa tidak mematikan listrik. Kita lupa melapangkan jalan antar blok pertokoan. Kita lupa tidak boleh tidur dalam pertokoan. Kita lupa mengontrol piket apakah bertugas dengan disiplin dan maksimal.

Terlalu banyak kelupaan itu menyungkup keseharian kita. Kita lupa merencanakan malam hari tidak perlu dihidupkan listrik di pertokoan. Kita lupa punya jadwal buka-tutup toko. Kita lupa dulunya merecanakan 'membuat kesepakatan' tentang pengamanan maksimal kawasan pertokoan. Pulang, listrik dipadamkan. Bahkan, blok pertokoan pantas tertutup. Antar blok wajib digembok. Dikunci. Petugas piket antar blok juga mesti ada untuk mengantisipasi penjahat beraksi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun