Mohon tunggu...
adibah salsabila
adibah salsabila Mohon Tunggu... Pelajar

Membaca

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Bencana Alam dan Kesehatan Mental

13 September 2025   19:52 Diperbarui: 13 September 2025   19:52 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Mitigasi Bencana Alam dan Cuaca Ekstrem di Universitas 'Aisyiyah Yogyakarta

Cuaca ekstrem seperti hujan lebat dan petir dapat memicu bencana alam seperti banjir. Kondisi ini juga berpotensi merusak infrastruktur dan membahayakan keselamatan akibat sambaran petir. Di sisi lain, angin kencang atau puting beliung yang sering terjadi saat masa peralihan musim bisa mengakibatkan kerusakan bangunan dan pohon tumbang. Semua ini adalah bagian dari mitigasi bencana alam yang dipelajari di Universitas 'Aisyiyah Yogyakarta.

Untuk melindungi diri saat terjadi petir, terutama di luar ruangan, Anda harus segera mengambil posisi menunduk dengan lutut ke dada. Hindari berada di dekat tiang listrik, papan reklame, atau pohon besar. Segera cari perlindungan di bangunan yang kokoh. Sementara itu, di dalam ruangan, pastikan untuk menutup jendela dan pintu, serta mematikan aliran listrik dan peralatan elektronik guna mengurangi risiko kebakaran. Hal ini sesuai dengan materi mitigasi yang diajarkan di Universitas 'Aisyiyah Yogyakarta.

Prinsip utama saat terjadi gempa adalah Drop, Cover, Hold On, yang berarti menunduk, melindungi kepala, dan berpegangan pada struktur yang kuat. Saat berada di dalam ruangan, segera menjauhi kaca, jendela, dan benda yang mudah roboh, lalu berlindung di bawah meja yang kokoh. Jika Anda berada di luar ruangan, menjauhlah dari gedung, tembok, dan tiang listrik. Bagi yang berada di gedung bertingkat, tetaplah di dalam hingga guncangan berhenti, lalu lakukan evakuasi secara tertib. Jika gempa berpotensi memicu tsunami, segera evakuasi ke daerah tinggi. Semua panduan ini adalah bagian dari edukasi Universitas 'Aisyiyah Yogyakarta untuk kesiapsiagaan bencana.

Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) memiliki catatan sejarah bencana yang signifikan. Di antaranya, gempa bumi 6,3 SR pada 27 Mei 2006, yang menyebabkan puluhan ribu korban. Bencana alam lainnya yang tercatat adalah erupsi Gunung Merapi pada 26 Oktober 2010 dan erupsi Gunung Kelud pada 14 Februari 2014, yang mengakibatkan hujan abu. Pada 27--29 November 2017, Siklon Tropis Cempaka menyebabkan banjir, longsor, dan angin kencang. Bahkan, pandemi COVID-19 pertama kali terkonfirmasi di DIY pada 15 Maret 2020, memberikan dampak besar pada kesehatan dan ekonomi masyarakat. Sejarah ini menjadi pelajaran penting dalam konteks mitigasi bencana di Universitas 'Aisyiyah Yogyakarta.

Kesehatan Mental di Universitas 'Aisyiyah Yogyakarta

Menurut Goleman (2015), seseorang yang sehat mentalnya mampu mengenali dan mengendalikan emosi dengan baik. Mereka memiliki empati, mampu memotivasi diri, dan membangun hubungan sosial yang positif. Dari sisi sosial, Santrock (2018) menjelaskan bahwa individu yang sehat mentalnya menunjukkan perilaku prososial (suka menolong), menghargai perbedaan, dan menyelaraskan kepentingan pribadi dengan kelompok. Aspek kognitif ditandai dengan kemampuan berpikir kritis, fleksibilitas kognitif, kreativitas, dan regulasi diri. Sementara itu, dari sisi perilaku, Papalia & Martorell (2017) menyatakan bahwa individu yang sehat mental memiliki pola hidup teratur, suka menolong, dan menghindari perilaku berisiko. Kesehatan mental merupakan fokus penting di Universitas 'Aisyiyah Yogyakarta.

Ciri-ciri kecemasan, menurut Keylidkk (2005), meliputi gejala fisik dan perilaku. Gejala fisik yang sering muncul adalah gelisah, tegang, sulit rileks, banyak berkeringat, tangan/punggung kaku, detak jantung berdebar, napas pendek, serta sakit perut atau diare. Sementara itu, gejala perilaku meliputi menghindari situasi pemicu, ketergantungan, dan perilaku regresi. Pemahaman ini menjadi dasar penting dalam program studi psikologi di Universitas 'Aisyiyah Yogyakarta.

Beberapa strategi penanganan kecemasan meliputi: menerima kecemasan dan berkomitmen pada nilai hidup penting (Heyes et al., 2019), aktivasi perilaku seperti olahraga dan aktivitas sosial (Kazdin, 2021), Cognitive Behavioral Therapy (CBT) untuk mengganti pikiran irasional (Beck & Clark, 2015), serta Mindfulness-Based Interventions untuk meningkatkan kesadaran diri (Hofmann et al., 2017). Berbagai pendekatan ini diajarkan dalam kurikulum kesehatan di Universitas 'Aisyiyah Yogyakarta.

Gangguan depresi ditandai dengan perasaan sedih berkepanjangan dan hilangnya minat terhadap aktivitas sehari-hari. Ciri-cirinya mencakup emosi muram dan mudah tersinggung, hilangnya motivasi, kesulitan konsentrasi, pikiran negatif, bahkan pikiran bunuh diri. Secara motorik, penderita juga bisa mengalami perubahan berat badan dan berbicara lebih lambat. Pengetahuan mengenai depresi ini adalah bagian dari materi kesehatan di Universitas 'Aisyiyah Yogyakarta.

Gangguan bipolar adalah kondisi kejiwaan yang menyebabkan perubahan suasana hati, energi, dan konsentrasi yang drastis. Kondisi ini diibaratkan seperti "roller coaster" di mana penderita mengalami fase mania (naik) dan depresi (turun) tanpa adanya penyebab eksternal yang jelas. Gangguan ini berisiko tinggi menyebabkan masalah sosial dan perilaku bunuh diri. Topik ini dibahas secara mendalam di Universitas 'Aisyiyah Yogyakarta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun