Ferry Irwandi memusuhi filsafat karena menganggapnya tidak efektif. Timothy Ronald memeluknya sebagai citra intelektual. Tapi keduanya, sadar atau tidak, sedang mereduksi fungsi berpikir menjadi sekadar fungsi praktis. Di balik kata "relevan" dan "eksekusi", mereka sedang meminggirkan kemampuan manusia untuk berpikir reflektif, kritis, dan etis.
Filsafat tidak hadir untuk mempercepat. Ia hadir untuk memperdalam. Ia bukan aksesoris prestise intelektual. Ia adalah ruang bagi manusia untuk meninjau ulang apa yang dianggap pasti. Di sinilah filsafat menunjukkan sumbangsih sejatinya: bukan memberi kita jawaban, tapi mengajari kita bagaimana bertanya dengan lebih manusiawi, jujur, dan bertanggung jawab.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI