Mamang penjaga sekolah memang sangat rajin dan piawai dalam mengurus kebun sekolah. Lahan tanah yang sempit, bisa mamang sulap menjadi  kebun yang indah. Berkat keahlian mamang ini, sekolah mereka terlihat hijau royo-royo.
Rumput  liar, ranting-ranting pohon, daun kering, sampah plastik dan  sampah kertas dikumpulkan mamang membentuk gundukan kecil (seperti bukit kecil), gundukkan itu mengeluarkan asap, artinya mamang langsung membakar gundukan itu.  Di tanah yang sudah dibersihkan mamang, terlihat ada seekor cacing menggeliat, tubuh cacing itu terbagi dua karena terkena cangkul.
Mamang merogok pantatnya lalu menggaruk bagian itu berkali-kali, cangkulnya dibiarkan berdiri pekerjaannya otomatis terhenti sementara waktu. Garukannya lumayan lama juga. Ada suara yang terdengar,'grek grek,grek' pada setiap gerakan jari  mamang yang sedang menggaruk itu.
Mata mamang merem melek menikmti dan menghayati setiap garukan. Sepertinya ada mahkluk kecil berbulu (bisa jadi ulat kecil) yang menjadi penyebab ( biang kerok) bagian tubuhnya yang kini terasa gatal.
DD dan si tambun memperhatikan mamang yang sedang asyik menggaruk itu, dari  tadi mereka  tertawa-tawa. Saking terasa gatal, Mamang tidak sadar ada dua siswa memperhatikan dan mendekat padanya.
"Mang, lagi asyik, ya," ucap DD.
Mamang menoleh ke belakang mencari sumber suara dan tawa yang ia dengar. Ia tersadar seketika! Mamang kini menghentikan garukannya  dan bicara kepada ke dua anak-anak itu.
"Eh, kalian. Kenapa pada keluar kelas?"
"ini lagi cari bahan proyek prakarya. Mang"
"Oh, proyek ibu guru baru ya. Sini,sini, ayo ikut mamang!"
Mamang mengajak DD dan si tambun untuk mengikutinya, lalu ia menyerahkan sekantung ubi yang sudah di rebus kepada mereka berdua.