Mohon tunggu...
adi asmara
adi asmara Mohon Tunggu... penulis

baca tulis

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Adalah Ayah (Emak O)

8 Maret 2025   05:07 Diperbarui: 8 Maret 2025   05:07 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
cover self product Suber: dokumen Sendiri

   Pagi ini seperti biasa alam raya menggeliat dari tidurnya, diawali dengan matahari yang sorot matanya yang tajam mampu bersinar sehingga cahayanya sampai di pelataran rumah. Suara klakson sebagai instrument perwakilan kendaraan sahut-menyahut dengan suara peluit penjaga sekolah. Pastinya itu terjadi di persimpangan jalan menuju sekolah ZZ dan DD, karena disitulah seringkali timbulnya kemacetan.

   Maklum saja, banyak orangtua siswa yang rumahnya agak jauh memakai motor atau mobil untuk mengantarkan anaknya. Sekalian pergi ngantor. Jam sekolah dan jam ngantor dari jaman dahulu tidak jauh berbeda. Antara jam 7-8 pagi.   Mungkinkah bisa dibedakan, untuk mengurai kepadatan. Ah, itu urusan para stakeholder negeri ini yang punya kewenangan menyusun kebijakan.

   Di perparah lagi di persimpangan itu banyak warga yang sedang berbelanja, karena banyaknya pedagang yang tumplek untuk berjualan. Seperti pedagang daging ayam, sayuran, dan aneka makanan untuk sarapan. Sudah menjadi hukum ekonomi setiap ada kebutuhan (permintaan) pastinya ada orang yang menawarkan barang (penawaran). Maka terciptalah pasar!  Di posisi seperti ini yang hebat adalah para pedagang.  Mereka tidak usah sekolah tinggi, mereka hanya butuh sedikit kepintaran untuk membaca peluang.  Peluang usaha yang menghasilkan laba.Dalam sekala besar, negara maju seperti Amerika, Jepang, Uni Eropa, mayoritas warganya berfikiran seperti pedagang, yang pandai membaca peluang usaha.

      Ayah jam segini aktivitasnya menyapu halaman, setelah tadi menyiapkan sarapan nasi goreng. ZZ dan DD sudah tampak  memakai seragam lengkap. Seragam merah-putih, beserta dasi dan topi.  Mereka berdua sudah sarapan. Tumbler ke duanya diisi air mineral isi ulang. ZZ tidak memasukan tumblernya ke dalam tas sekolah karena karet penutupnya sedikit rusak. Jadi ada kebocoran sedikit. Kalau dimasukkan khawatir airnya menetes dan membasahi buku pelajaran dan buku catatannya. Sementara itu Dd memasukkan tumblernya ka dalam tas. Mereka siap-siap berangkat ke sekolah.

"Yah, Zz, pamit dulu."

"Dd juga. Assalamuallaikum."

"Waaalaikumsalam." Ke-duanya pergi setelah mengucapkan salam dan mencium tangan Ayah.

     Berkat sistem zonasi ZZ dan DD tidak harus sekolah jauh-jauh, itu cukup membantu dan memangkas biaya. Sistem kasta untuk sekolah memang harus dihapuskan. Tidak ada lagi sekolah favorit, sekolah unggulan, ataupun sekolah kampungan.  Karena pada dasarnya sekolah adalah area merdeka umat manusia, tempat manusia menjadi ikhsan kamil yang siap menghadapi tantangan zaman.

    Apalagi dukungan APBN untuk pendidikan diamanahkan sebesar 20%. Anak bangsa di negeri ini berhak mendapatkan pendidikan. Tidak boleh tidak!

      Mak O berjalan menghampiri ayah yang sedang menyapu. Jalannya agak cepat seperti ada sesuatu yang penting untuk disampaikan. Mak O tidak sadar dibelakangnya ada Pak RT yang sedang bersepeda.  Pak RT iseng memacu sepedanya dengan sedikit cepat ia ngin menyenggol Mak O. Suara rem sepeda berdecit! Mak O menoleh ke belakang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun