Mohon tunggu...
Adian Saputra
Adian Saputra Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Menyukai tema jurnalisme, bahasa, sosial-budaya, sepak bola, dan lainnya. Saban hari mengurus wartalampung.id. Pembicara dan dosen jurnalisme di Prodi Pendidikan Bahasa Prancis FKIP Unila. Menulis enggak mesti jadi jurnalis. Itu keunggulan komparatif di bidang kerja yang kamu tekuni sekarang."

Selanjutnya

Tutup

Kurma Artikel Utama

Supaya Buka Puasa Bersama Bermakna dan Tidak Together Alone

29 Maret 2023   17:36 Diperbarui: 30 Maret 2023   14:51 1851
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi buka puasa.(SHUTTERSTOCK/ZURIJETA)

Di grup alumni biasanya jelang Ramadan sudah banyak ajakan buka puasa bersama (bukber). Kadang pembahasan hari, tanggal, dan tempat untuk acara lumayan lama. 

Kadang malah membosankan. Akhirnya disepakati waktu dan tempatnya. Butuh waktu lama rupanya untuk menentukan itu.

Semestinya momentum bukber itu bisa dimaknai dengan baik. Maksudnya, dijadikan sarana mempererat silaturahmi. 

Kadang bisa jadi ajang reunian. Apalagi buat mereka yang sudah lama tak berjumpa. Biasanya sih ini alumni SMA atau kuliah.

Namun, ada kalanya, bukber ini tidak sukses. Mengapa demikian? 

Musababnya, hanya lima belas menit pertama saja suasana hangat dengan bercakap-cakap. Selebihnya, semua sibuk dengan ponsel masing-masing. 

Bareng-bareng tapi sendiri-sendiri. Bahasa Inggris bebasnya together alone. Atau boleh juga dibalik, alone together.

Sudahlah habis waktu diskusi membahasa waktu dan tempat bukber. Eh, sudah ketemu malahan sendiri-sendiri. 

Apa enaknya? Di mana esensi silaturahminya.

Saya menyarankan beberapa hal supaya kejadian serupa tak terulang.

Pertama, sepakati benar waktu, tempat, dan acara

Mesti ada satu orang atau dua yang menjembatani semua keinginan teman atau keluarga yang hendak bukber. Pastikan mayoritas pas dengan waktu dan tempat. 

Sekalian dibuatkan acara meski sederhana. Dengan demikian, bukber itu tidak semata datang tiga puluh menit sebelum buka, ngobrol, sibuk dengan ponsel, berbuka, lalu bubar.

Disepakati juga agar ada magrib berjemaah. Kemudian disepakati ada tarawih berjemaah. Yang paling kondisional tentu 11 rekaat. 

Usai itu dibuat betul ada semacam sambung rasa. Ketimbang ngobrol antara teman yang itu-itu saja, kasih kesempatan 3 menit untuk sampaikan kondisi terakhir. Atau kalau ada yang mau kasih pengalaman menarik juga dipersilakan.

Kalau acara bukber diatur semacam ini, tentu lebih baik. Memang sih, ini bukan acara formal kayak seminar atau lainnya. Namun, tetap saja mesti ada upaya agar ada kekhasan dan kemanfaatan dari acara semacam ini.

Kedua, sepakati tidak memegang ponsel dalam durasi dua jam

Sayang kalau sudah kumpul kemudian sibuk dengan ponsel masing-masing. Saya saja punya kebiasaan tidak melihat sama sekali ponsel jika sedang bicara dengan orang. 

Termasuk sedang hadir pada sebuah acara atau diskusi. Termasuk juga kala menjadi moderator atau pembicara. 

Ponsel saya senyapkan. Tapi untuk panggilan telepon, tetap siaga.

Ini juga penting disampaikan ketika memutuskan hendak bukber. Kalau habis ketemu masing-masing asyik dengan ponsel masing-masing, lebih baik tidak usah bukber. Buka saja di rumah.

Bagusnya ada satu orang yang langsung meminta ponsel semua teman untuk ditaruh di satu tempat. Biarkan selama acara berlangsung. Sehingga interaksi terjadi. Interaksi itu yang penting. Dari situ silaturahmi dimulai. 

Saling bicara, mendengarkan curhat kawan, dan sebagainya. Selama tidak ada fitnah dan gibah, rasanya oke-oke saja.

Ketiga, bantu teman yang sedang sulit

Ada baiknya, administrator grup alumni, misalnya, mencari informasi, apakah ada teman yang sedang kesulitan dari sisi ekonomi, kesehatan, pendidikan anak, dan sebagainya.

Di grup alumni SMA saya, ini biasa banget. Kami jadi tahu perkembangan masing-masing. Nah, ketika ada momentum ketemu, salah seorang lempar saja usulan. 

Kasih tahu kalau sedang ada kawan yang tidak baik-baik saja. Mungkin butuh uang besar untuk pendidikan anak, tindakan dokter atas kesehatan, atau lainnya. Mungkin juga ada teman yang sedang menganggur dan tidak ada penghasilan.

Jika ada usulan semacam ini, langsung saja dilempar dan dieksekusi. Biasanya bisa langsung konkret. 

Bantingan saja istilahnya. Bantingan ini sum-suman atau merogok kocek untuk donasi. Saya menilai, ini positif dilakukan pada ajang bukber. 

Tentu nominal beda-beda bergantung pada pendapatan masing-masing. Langkah ini jelas punya signifikansi dalam bukber. 

Jadi, selain ada ajang reuni dan silaturahmi, juga ajang filantropi. Setakat pengalaman saya dan teman-teman, selalu sukses kok.

Ajang buka bersama tentu bukan ajang pamer ya, astagfirullah. Saya bersyukur sejauh ini semua teman kala kumpul biasa saja meski banyak yang sudah sukses secara ukuran keduniawian. 

Ada yang anggota dewan, pengusaha properti, doktor di bidangnya, dan lainnya. Semoga puasa Ramadan tahun ini lebih baik daripada tahun lalu. Selamat buka puasa bersama. [Adian Saputra]

Foto pinjam dari sini

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun