Mesti ada satu orang atau dua yang menjembatani semua keinginan teman atau keluarga yang hendak bukber. Pastikan mayoritas pas dengan waktu dan tempat.Â
Sekalian dibuatkan acara meski sederhana. Dengan demikian, bukber itu tidak semata datang tiga puluh menit sebelum buka, ngobrol, sibuk dengan ponsel, berbuka, lalu bubar.
Disepakati juga agar ada magrib berjemaah. Kemudian disepakati ada tarawih berjemaah. Yang paling kondisional tentu 11 rekaat.Â
Usai itu dibuat betul ada semacam sambung rasa. Ketimbang ngobrol antara teman yang itu-itu saja, kasih kesempatan 3 menit untuk sampaikan kondisi terakhir. Atau kalau ada yang mau kasih pengalaman menarik juga dipersilakan.
Kalau acara bukber diatur semacam ini, tentu lebih baik. Memang sih, ini bukan acara formal kayak seminar atau lainnya. Namun, tetap saja mesti ada upaya agar ada kekhasan dan kemanfaatan dari acara semacam ini.
Kedua, sepakati tidak memegang ponsel dalam durasi dua jam
Sayang kalau sudah kumpul kemudian sibuk dengan ponsel masing-masing. Saya saja punya kebiasaan tidak melihat sama sekali ponsel jika sedang bicara dengan orang.Â
Termasuk sedang hadir pada sebuah acara atau diskusi. Termasuk juga kala menjadi moderator atau pembicara.Â
Ponsel saya senyapkan. Tapi untuk panggilan telepon, tetap siaga.
Ini juga penting disampaikan ketika memutuskan hendak bukber. Kalau habis ketemu masing-masing asyik dengan ponsel masing-masing, lebih baik tidak usah bukber. Buka saja di rumah.
Bagusnya ada satu orang yang langsung meminta ponsel semua teman untuk ditaruh di satu tempat. Biarkan selama acara berlangsung. Sehingga interaksi terjadi. Interaksi itu yang penting. Dari situ silaturahmi dimulai.Â