Mohon tunggu...
Adian Saputra
Adian Saputra Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Menyukai tema jurnalisme, bahasa, sosial-budaya, sepak bola, dan lainnya. Saban hari mengurus wartalampung.id. Pembicara dan dosen jurnalisme di Prodi Pendidikan Bahasa Prancis FKIP Unila. Menulis enggak mesti jadi jurnalis. Itu keunggulan komparatif di bidang kerja yang kamu tekuni sekarang."

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Memaknai Demokrasi dalam Jurnalisme di Luar Algoritma

8 Maret 2023   11:27 Diperbarui: 8 Maret 2023   19:35 564
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jurnalisme di Luar Algoritma. Dokumentasi Pribadi

Namun, ia menyusunnya dengan gaya yang enak dibaca, mudah dipahami, dan menimbulkan sensasi sendiri. Itulah kekuatan menulis dengan langgam feature.

Akan tetapi, tadi itu, seperti di awal, pilihan judulnya bagi saya memang agak "dipaksakan". Memang benar apa yang ditulis ini berkedalaman, menarik, dan relevan. Tapi ia tidak serta merta "dipaksakan" head to head dengan algoritma.

Bahwa berita sekarang mungkin mengejar itu karena sudah jadi aturan zaman, ya itu benar. Namun, dalam konteks Arif menulis ini pertama kali untuk majalah, sudah tentu bukan soal algoritmanya. 

Sekelas Tempo tentu tahu bahwa intisari tulisan Arif yang terserak di majalah dan kemudian dikumpulkan ini, sangat berbeda. Ia berbeda dari sisi peliputan. 

Ia beda dari sisi penulisan. Ia berbeda dari sisi kedalaman. Ia berbeda dari sisi tujuan.

Meski demikian, rangkaian narasi di buku ini bagus untuk kita baca. Setidaknya, khazanah pembaca soal jurnalisme dan demokrasi akan bertambah. 

Kita bisa tahu kedalaman tulisan soal Cina misalnya yang tak selalu vis a vis dengan Taiwan. Meski punya latar sejarah, untuk urusan uang dan investasi, semua bisa dikesampingkan. 

Selamat membaca. Terima kasih sudah menikmati resensi ringkas ini dengan khidmat dan penuh saksama. 

Satu per satu kami datang ke restoran itu. Mula-mula aku dan Jaroni Soerjomartono. Tuan rumah Maman Abdurrahman, pemilik restoran sate, menyambut masih dengan celemek putih menjuntai di dada. 

"Saya ganti pakaian dulu, ya," katanya ramah. Ia masuk meninggalkan ruangan sekitar 100 meter persegi yang sederhana tapi apik. 

Di pintu, terpampang tulisan tak mencolok: "Sate Indoneske Speciality". Malam baru saja turun di kawasan Hradcany, Praha, ibu kota Republik Cek, pertengahan Desember 2005. Di luar, butir-butir salju berguguran dari langit. ("Suatu Malam di Restoran Sate", halaman 261.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun