Mohon tunggu...
Adian Saputra
Adian Saputra Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Menyukai tema jurnalisme, bahasa, sosial-budaya, sepak bola, dan lainnya. Saban hari mengurus wartalampung.id. Pembicara dan dosen jurnalisme di Prodi Pendidikan Bahasa Prancis FKIP Unila. Menulis enggak mesti jadi jurnalis. Itu keunggulan komparatif di bidang kerja yang kamu tekuni sekarang."

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Memaknai Demokrasi dalam Jurnalisme di Luar Algoritma

8 Maret 2023   11:27 Diperbarui: 8 Maret 2023   19:35 564
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jurnalisme di Luar Algoritma. Dokumentasi Pribadi

Ada yang di Jerman, ada yang di Republik Cek. Beberapa media tetap menulisnya Ceko, usai negara ini pisah dengan Slovakia.

Arif menulis kisah beberapa eksil di sana. Sebagian besar memang tak bisa balik ke Indonesia usai peristiwa G-30S/PKI. Semua eksil di sana tak mau balik meski disodori formulir untuk mendukung pemerintahan baru di tangan Jenderal Soeharto.

Yang diwawancara Arif menolak meneken bahwa mereka mengakui pemerintahan baru di tangan Soeharto. Mereka tak mau tunduk pada presiden yang dengan titahnya membuat jutaan orang mati terbunuh tanpa acara peradilan .

Bab "Frankfurt", "Berlin", dan "Praha" dari halaman 223 sampai 268 menjadi artikulasi yang menarik tentang kehidupan para eksil di Eropa. Bagaimana mereka bisa bertahan hidup. Bagaimana mereka menahan kerinduan dengan sanak famili di Tanah Air. 

Betapa mereka memendam harapan terhadap demokrasi Indonesia. Juga pandangan mereka terhadap dosa-dosa Soeharto kala itu.

Arif juga dengan detail menulis betapa pertumbuhan Tiongkok, dalam buku ini ditulis Cina, sehingga menjadi pesaing adidaya. 

Penulisnya juga mendedahkan perihal relasi antara Cina dan Taiwan yang barangkali tak sama dengan sangkaan orang selama ini. Mungkin secara sejarah ada relasi yang bersobokan kuat.

Namun, dari sisi keuangan, ternyata tidak juga. Ada satu pusat pertumbuhan di Cina yang investornya kebanyakan pengusaha Taiwan.

Jadi, soal urusan bisnis itu perihal lain. Soal ideologi yang sejarah, itu juga bahasan lain. Kalau boleh saya tafsirkan, kalau sudah berurusan dengan duit, hal lain bisa disingkirkan.

Reportase yang terimplementasikan dalam artikel, wabilkhusus di buku ini, bisa memantik demokrasi kita. Ia bisa menjadi bacaan yang memikat. Dari narasi rangkaian Arif ini kita bisa menikmati demokrasi dari rangkaian jurnalismenya.

Tentu Arif tidak hendak menggurui dan mencoba memaksakan kebenaran faktual dalam reportasenya ini kepada kita. Ia sekadar menyajikan. Ia sebatas menuliskan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun