Untuk memakmurkan warga desa, tidak mesti sampai enam atau sembilan tahun. Mereka yang memang punya niat mengabdi, cukup satu periode merasa cukup berkuasa kemudian ada hasilnya.Â
Kepala desa yang otaknya diasup oleh nutrisi ide yang baik, pasti akan mengejawantahkan gagasan untuk kebaikan rakyatnya. Tapi, kepala desa yang hanya tahunya menang dan terus mau berkuasa, memang relatif tidak punya prestasi apa-apa.Â
Yang disedihkan juga, tidak adanya kontrol yang kuat di desa ini. Sebab itu, pemantauan kepada kekuasaan menjadi lemah.
Para kepala desa kemudian mewujud menjadi raja-raja kecil. Tidak ada fungsi kontrol yang bisa mengawasi dan memberikan kritik kepada mereka.Â
Apalagi jika dalam proses pemilihan, memang politik uang yang mengemuka. Parahnya juga, masyarakat enggan untuk melakukan kontrol. Mereka sudah terbiasa dengan kehidupan yang begitu-begitu saja.
Memang kita masih jauh jika hendak menjadikan desa ini episentrum pembangunan. Kepala desa tidak mampu mewujudkan pembangunan di desa sesuai dengan potensinya masing-masing.Â
Padahal, jika itu bisa dilakukan, hasilnya pasti signifikan.
Desa memang luas. Dari luas itu, pasti ada sisi keunggulan atau yang mau ditonjolkan.Â
Potensi pasti ada. Mestinya potensi itu yang dicari selama setahun berkuasa menjadi kepala desa.Â
Kemudian membawa ide itu ke rembuk rakyat. Hasil rembuk kemudian dikompromikan untuk dicari program yang paling memungkinkan.Â
Dari situ kemudian akan mewujud peta jalan yang lebih konkret. Hendak dibawa ke mana desa ini.Â