Proporsional terbuka juga bisa menjamin iklim politik sehat. Sehat dalam artian kompetisi berjalan dengan fair. Mereka yang usaha sungguh-sungguh dalam meraih suara rakyat, punya kans terpilih.Â
Soal kemudian ada ongkos politik yang mesti dikeluarkan dari tiap caleg, itu sudah pasti. Sekarang saja untuk mengumpulkan banyak orang butuh biaya. Beli makan dan minuman dan cenderamata yang tidak melanggar aturan KPU dan undang-undang.
Di konteks ini, partai juga bisa membuka peluang kepada warga yang dinilai punya kompetensi menjadi anggota dewan untuk direkrut menjadi anggota dan dipersiapkan menjadi caleg. Adanya keterbukaan membuat iklim kompetisi makin kompetitif.Â
Tidak hanya mereka yang anggota lama bisa maju, mereka yang baru tapi ada ketertarikan untuk gabung, juga diperkenankan ikut serta.
Kelima, filter untuk para kader terbaik
Dengan proporsional terbuka, besar kans kader partai maju dalam pencalegan . Tiap kader partai politik tentu akan mendapatkan penilaian dari entitas partai.Â
Siapa yang dianggap layak dan punya kemampuan, dipersilakan untuk ikut kontestasi pemilu.
Ini menyebabkan adanya filter di partai untuk menyaring kader-kader terbaik. Mereka yang punya kecenderungan untuk berkiprah di politik akan diberi ruang yang luas.
Orang-orang lazim bilang, buat apa aktif di partai kalau tak ada motivasi menjadi legislator. Ujaran ini ada benarnya juga.Â
Kiprah seseorang di partai politik akan terasa jika ia memiliki kedudukan di dewan. Kiprahnya akan terasa jika pegang kebijakan, atau setidaknya punya peran dalam memengaruhi kebijakan.
Tapi ada pula pendapat yang menyatakan, aktif di partai politik tak serta merta harus ke parlemen. Sebab, ada banyak peran yang bisa dimainkan di partai politik.Â