Mohon tunggu...
Adian Saputra
Adian Saputra Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Menyukai tema jurnalisme, bahasa, sosial-budaya, sepak bola, dan lainnya. Saban hari mengurus wartalampung.id. Pembicara dan dosen jurnalisme di Prodi Pendidikan Bahasa Prancis FKIP Unila. Menulis enggak mesti jadi jurnalis. Itu keunggulan komparatif di bidang kerja yang kamu tekuni sekarang."

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Lima Keunggulan Sistem Pemilu Proporsional Terbuka

9 Januari 2023   11:39 Diperbarui: 17 Januari 2023   16:53 1820
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kotak suara. Gambar koleksi wartalampung.id bidikan Zairi
Kotak suara. Gambar koleksi wartalampung.id bidikan Zairi

Kedua, menjaga kedekatan dengan konstituen

Model proprosional terbuka memungkinkan caleg dekat dengan konstituen. Sebab, warga tidak memilih kucing dalam karung. Yang dipilih adalan kucing dalam sangkar yang bagus. 

Warga akan tahu siapa yang akan dipilih, bagaimana ia punya ide untuk membangun wilayahnya, apa gagasannya untuk kemajuan kota atau kabupatennya, dan lainnya.

Dengan sistem ini, meski rumah caleg mungkin ada di dapil lain, tapi karena masih satu kota atau kabupaten, kedekatan ini akan terjaga. Setakat ini, itulah yang saya jumpai. 

Banyak caleg yang kemudian jadi, rajin menyambangi konsituennya. Rajin menghadiri kondangan dan hajatan. Juga rajin dalam setiap acara di desa yang menjadi basis atau daerah pemilihannya.


Yang kayak begini, sulit kita temui jika pakai proporsional tertutup. Ya namanya juga sudah zaman kemajuan dan keterbukaan, masak iya mau balik ke tertutup. Badan sih boleh tertutup, tapi ide dan gagasan serta mekanisme pemilu yang mesti transparan alias terbuka.

Ketiga, mengerek suara partai

Karena setiap caleg gigih cari suara, suara partai juga serta merta naik. Mungkin yang pilih partai lebih sedikit ketimbang yang pilih caleg. Kalau itu yang kejadian, ya bagus. 

Artinya, sistem proporsional terbukanya sukses. Kalau sudah pakai proporsional terbuka masih banyak yang pilih partai ketimbang caleg, entahlah. Sudah dikasih peluang untuk berkompetisi, malahan tidak serius mencari basis massa konstituen.

Keempat, iklim kompetisi politik sehat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun