Mohon tunggu...
Adian Saputra
Adian Saputra Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Menyukai tema jurnalisme, bahasa, sosial-budaya, sepak bola, dan lainnya. Saban hari mengurus wartalampung.id. Pembicara dan dosen jurnalisme di Prodi Pendidikan Bahasa Prancis FKIP Unila. Menulis enggak mesti jadi jurnalis. Itu keunggulan komparatif di bidang kerja yang kamu tekuni sekarang."

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bijak Gunakan Gawai, Keluarga Berketahanan Bikin Hidup Nyaman dan Menyenangkan

23 Juli 2017   12:33 Diperbarui: 23 Juli 2017   17:17 684
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Itu salam Duta GenRe," ujarnya.

Peserta Nangkring Kompasiana di Hotel Horison Bandar Lampung. | Dokumentasi Pribadi
Peserta Nangkring Kompasiana di Hotel Horison Bandar Lampung. | Dokumentasi Pribadi
Pada kesempatan lain, para Duta Genre yang hadir membentuk angka dua dari telunjuk dan jari tengah. Jika bagian perut tangan ke arah muka, itu tanda victory atau kemenangan. Namun, angka dua ini arahnya ke si empunya jari. Itu tanda keluarga berencana atau KB. KB adalah kristalisasi program yang dimulai pada masa Presiden Suharto untuk mengatur pertumbuhan penduduk dan mencanangkan "dua anak cukup". Dan BKKBN menjadi institusi pemerintah yang punya tanggung jawab besar perihal KB ini.

Soal Duta Genre, Ambar mengatakan, pilihannya memang kepada mereka yang punya pengetahuan memadai soal keluarga berencana. Ia tak menampik pada awal-awal program ini diluncurkan, masih ada beberapa kandidat yang dilihat sisi enak dilihat. Ya dalam arti, dicari yang ganteng dan cantik.

Walaupun begitu, semakin ke sini, pemilihan Duta GenRe benar-benar ditujukan kepada anak muda yang punya pengetahuan memadai soal keluarga berencana dan bisa menjadi duta sebenarnya. Syukur-syukur dapat yang pintar dan ganteng atau cantik.

"Kami ingin Duta GenRe ini serius. Makanya dibuat semboyan sekali menjabat seumur hidup menginspirasi. Yang paling kami butuhkan adalah mereka yang punya kompetensi tentang keluarga berencana dan punya kemampuan menjadi duta secara riil," kata Ambar.

Ambar melanjutkan paparannya. Harganas kali ini memang fokus perihal keluarga berketahanan. Maka itu, sekian acara dibesut agar misi utama Harganas tahun ini bisa gol. Salah satu acara yang menjadi perhelatan utama Harganas tahun ini di Lampung adalah Kemah Keluarga Indonesia. Kemah ini diikuti 200-an keluarga dari seluruh Indonesia. Mereka kemah dan menjalani beberapa acara yang menyenangkan. Tujuan utamanya adalah setiap anggota keluarga berinteraksi secara hangat. Dan istimewanya, gawai tak boleh dipegang.

"Kita ingin keluarga di Indonesia juga demikian. Kehangatan antaranggota keluarga bisa tercipta. Kemah Keluarga Indonesia ini adalah satu ikhtiar kami mewujudkan keluarga berketahanan," ujarnya.

Kebetulan salah seorang peserta kemah itu adalah kakak tingkat saya sewaktu di SMAN 2 Bandar Lampung. Arief Budiman namanya. Usai kemah, ia mengirim narasi padat mengenai acara itu disertai beberapa foto via WhatsApp.

Arief bilang, banyak manfaat yang diperoleh dari kemah itu. Ia bisa punya waktu banyak bercengkerama bersama keluarga, bermain bersama, dan meningkatkan pemahaman kepada istri dan anak-anaknya. Ia juga mengirim beberapa foto bersama peserta dari provinsi lain.

Perihal media sosial, Ambar juga punya keinginan agar medium itu dimanfaatkan untuk penguatan keluarga, bukan malah menjadi hal yang membuat hubungan dalam keluarga menjadi kaku.

Kadis Kominfo dan Statistik Lampung Achmad Crishna Putra. | Dokumentasi Pribadi
Kadis Kominfo dan Statistik Lampung Achmad Crishna Putra. | Dokumentasi Pribadi
Ia sepakat dengan Any bahwa jangan mau diperbudak dengan gawai dan media sosial. Jangan mau disibukkan oleh gawai dan media sosial dengan melonggarkan hubungan hangat di dalam keluarga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun