Mohon tunggu...
Adi SuhenraSigiro
Adi SuhenraSigiro Mohon Tunggu... Dosen - Melayani Tuhan, Keluarga, Negara, Gereja, Sesama, serta Lingkungan merupakan panggilan sejak lahir

Pendidikan S1: Sekolah Tinggi Teologi Kharisma Bandung (Lulus 2016). Pendidikan S2: Sekolah Tinggi Alkitab Tiranus Bandung (Lulus 2020). Pelayanan: Perintisan dan Pemuridan di Gereja Bethel Indonesia Jl. Pasirkoja 39 Bandung, tahun 2012-2022. Pekerjaan: Dosen PNS IAKN Tarutung

Selanjutnya

Tutup

Diary

"Pengalaman Pertama Merantau Tiba di Bandung: Naik Taksi Saya Saja, Ongkosnya Lebih Murah"

25 Agustus 2022   09:20 Diperbarui: 25 Agustus 2022   09:37 730
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Tarutung, 25 Agustus 2022. 

Oleh: Adi Suhenra Sigiro.

Dari Terminal Bus Siborongborong, tepatnya tanggal 30 Oktober 2009, saya berangkat naik Bus Antar Lintas Sumatera (ALS) menuju Kota Bandung. Bagi saya yang tidak terbiasa naik Bus, perjalanan dari Terminal Bus Siborongborong menuju Bandung saangat melelahkan dan membosankan karena selama tiga hari, dua malam saya harus duduk di bangku yang sama melewati jalan yang berliku-liku. 

Sesampainya di Bandung, saya turun di loket  ALS Kiaracondong. Kebetulan saudara perempuan yang menjemput saya menunggu di terminal Lewipanjang, karena itu saya harus naik transportasi lain lagi dari loket ALS Kiaracondong ke terminal Lewipanjang tempat saudara perempuan saya yang telah menunggu untuk menjemput saya.  Ketika saya turun dari Bus ALS, seorang sopir taksi langsung datang mendekati saya.

Sopir taksi pun langsung bertanya: "Pergi kemana Bang?". Saya pun menyahut: "Oh saya mau pergi ke Lewipanjang, Pak." Sopir taksi berkata: "Begitu ya! Naik taksi saya saja. Naik taksi saya kalau dari terminal ALS ini menuju Lewipanjang, palingan saya buat harga ongkosnya 100 ribu. Nanti kalau abg naik taksi orang lain, bisa dibuatkan harga ongkosnya sampai 200 ribu. Apalagi Abang pendatang baru di Bandung ini."

Sebagai orang kampung yang baru merantau ke Bandung, saya merasa bahwa sopir taksi yang mendekati saya sangat peduli dan perhatian. 

Karena berani memberikan harga ongkos yang sangat jauh dibawah dibandingkan dengan sopir taksi yang lain. Jadi saya kepikiran tidak perlu lagi bertanya kepada sopir taksi yang lain dan langsung saja saya menyetujui tawaran sopr taksi yang baru saja menemui saya. 

Saya mengtakan kepada sopir taksinya: "Kalau bapak kasih ongkos hanya 100 ribu, ayoklah Pak, kita berangkat. Saudara perempuan saya sudah menungguh di terminal Lewipanjang takut kelamaan nanti." Sopir taksi mengatakan: "Baiklah. Apakah ada tas atau barang-barang yang harus dimasukkan ke mobil taksinya?" Saya pun mengatakan: "Oh ada Pak. Sebentar saya ambilkan barang saya dari bagasi Busnya."

Setelah saya dan barang-barang saya dimasukkan ke dalam taksi, sopir taksi pun menghidupkan mobilnya dan mulai menyetir membawa saya ke Lewipanjang. 

Setelah nyampe di terminal Lewipanjang, akhirnya sopirnya menghentikan mobilnya. Setelah saya turun dari mobil taksinya, saya pun mengambil uang selembar 100 ribu untuk bayar ongkosnya. Sambil memberikan uang 100 ribu saya mengucapkan terimakasih kepada sopirnya. Wajah sang sopir nampak senang sekali sambil mengatakan sama-sama.

Tak lama setelah sopir taksi pergi jauh, saya pun melihat saudara perempuan berdiri di depan sebuah warung di pinggir jalan raya yang ada di terminal Lewipanjang. Saya pun bergegas menemui saudara perempuan saya, kemudian menyalam dan saling bertanya kabar. 

Ketika kami mau berangkat ke rumah saudara perempuan saya yang ada di Caringin, saudara perempuan saya pun bertanya mengenai ongkos taksi saya dari terminal Bus ALS Siborongborong. Saudara perempuan saya pun bertanya: "Tadi langsung ada taksi di terminal ALS nya ya dek?"

Saya pun menjawab: "Oh iya Ka. Taksi sudah banyak menunggu di Terminal ALS Kiaracondongnya. Ketika saya mau turun, salah seorang sopir taksi langsung mendekati saya dan bersedia mengantarkan saya. 

Katanya kalau sama dia pasti ongkosnya dikasih lebih murah kalau sama sopir taksi yang lain belum tentu karena saya pendatang baru diperantauan ini jadi bisa dibohongi". Saudara perempuan saya kembali bertanya: "Memangnya berapa diminta tadi ongkosmu dek?" Kemudian saya menjawab: "Tadi sopir taksinya minta 100 ribu. 

Katanya itu sudah paling murah sementara sama sopir taksi yang lain bisa dibuat ongkosnya 200 ribu." Mendengar jawaban saya, saudara perempuan saya pun terkejut dan mengatakan: "Bah.. Bah.. Bah.. Nga digabusi be hita (artinya: Kita sudah dibohongi). Ongkos dari loket  ALS ke sini kalau naik taksi paling mahal 30 ribu dek. Kalau naik angkot bisa sampai 7 ribu. Jadi harusnya ongkos yang harus kamu kasih cukup 30 ribu. Kalau sampai 100 ribu, sudah sangat jauh kemahalan." Saya pun juga ikut terkejut dan mengatakan: "Waduh... Waduh... ??????????????????? Pantasan wajah sopir taksinya tampak senang, ternyata dia sudah membohongi saya. Saya kira ongkos yang dia bilang 100 ribu sudah sangat murah dibandingkan ongkos sopir taksi yang lainnya."

Beginilah begitulah pengalaman saya sebagai pendatang baru ke perantauan, masih polos, tulus dan bisa dibohongi. Hehehhehehhehe. Terimkasih sudah membaca kisah ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun