Mohon tunggu...
Adhitya Ramadhan
Adhitya Ramadhan Mohon Tunggu... Buruh - Blogger

Sudah jadi Blogger sejak 2012, tapi masih anak kemaren sore kalau di platform Kompasiana.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Satu-satunya Karyawan

6 Agustus 2022   16:50 Diperbarui: 6 Agustus 2022   17:24 284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi pribadi (Edit Zepeto)

Bekerja di perusahaan kecil terkadang membuat seseorang merasa minder. Terutama saat sedang bertemu kawan yang menjadi karyawan di perusahaan yang bahkan berstatus BUMN atau perusahaan multinasional.

Meskipun sebagian dari kita berfikir bahwa "yang penting kerja dapat menghidupi keluarga cukup". Namun bagaimana jika kita adalah karyawan yang visioner serta mengharapkan dapat berkembang dan mampu menjadi bagian dari sebuah perusahaan yang lebih besar dan mapan?

 Jika dirimu memiliki Privilege, lebih baik tidak melanjutkan membaca tulisan saya ini. Karena tulisan ini hanya ditulis oleh orang yang biasa dan masih belum memiliki banyak pengalaman kerja bahkan di perusahaan besar sekalipun.

Bagi saya, bekerja tetaplah bekerja dan tidak selamanya bekerja di perusahaan kecil itu hal yang buruk. Nyatanya, ada beberapa keuntungan bisa didapatkan. Tak perlu menjadikan orang lain sebagai contoh. Saya sendiri bekerja di sebuah perusahaan yang terbilang kecil bahkan untuk karyawan saja, bisa dihitung dengan jari.

Yak 1 jari saja cukup. Awal mulanya menurut pemilik bisnis ini, bahwa sebelum terjadi pandemi di Indonesia. Bisnis yang ia miliki lebih baik ketimbang saat ini. Karena dalam bisnis yang ia jalankan memiliki 2 sumber pendapatan. Bahkan memiliki 2 shift kerja yang aktif terlebih lagi para pelanggannya serta lokasi yang sangat strategis.

Sedikit informasi, gurita bisnis yang dimiliki atasan saya ada juga dalam bidang kuliner, tentunya ada karyawan lain yang mengatasinya. Bisnis-bisnis kecil ini tidak ditangani beliau secara langsung, karena boss saya sendiri bekerja sebagai Pegawai Pemerintahan dimana memiliki bidang yang sama dengan perusahaan yang saya tempati ini.

Lantas apa saja hal yang membuat saya betah dan merasa tidak malu bekerja di perusahaan kecil ini walapun upah saja masih di bawah UMR setempat. Poin pertama dan terpenting saya kutip dari Now from Nationwide, bekerja di perusahaan kecil memberi kita kesempatan untuk belajar dari A-Z. 

Dengan begitu, kita bisa lebih melihat proses bisnis dari hulu ke hilir. Tidak hanya fungsi di departemen kita saja, kita akan bisa mengerti peran departemen-departemen lain. 

Apalagi dengan saya, Saya harus dapat menguasai seluruh keahlian dalam perusahaan ini terlebih lagi saya adalah satu-satunya karyawan yang dimiliki. Dalam proses ini, saya menemukan keahlian baru yang sebelumnya tidak dimiliki. Bagaimana tidak, ketika saya mendapatkan masalah yang tidak dapat saya atasi, atasan akan turun tangan sembari memberikan saya ilmunya.

Kedua, memiliki tanggung jawab yang lebih besar. Jika sebuah perusahaan besar memiliki karyawan yang banyak di tiap-tiap departemennya untuk dapat memperlancar proses pekerjaan. Oleh sebab itu tanggung jawabnya dibagi lebih kecil ke orang yang lebih banyak. 

Walaupun terkadang, seorang pimpinan tim, pimpinan departemen maupun pimpinan lain merelakan diri untuk menanggung seluruh kesalahan anak buahnya. Ada juga seorang karyawan yang turut menanggung kesalahannya maupun kesalahan timnya. 

Sedangkan di perusahaan kecil, saya merasa berkesempatan untuk memperdalam pengetahuan dalam profesi dan belajar lebih banyak hal dengan kata lain saya harus menjadi profesional yang serba bisa.

Ketiga, Meningkatnya Kreativitas. Bagaimana tidak, ketika saya menjadi satu-satunya karyawan tapi kebinggungan menangani seorang klien membuat diri saya harus mampu memanfaatkan sumber daya yang seadanya. Pasalnya, perusahaan kecil punya banyak keterbatasan, mulai dari sumber daya manusia (tentunya), biaya, teknologi, dan lain-lain.

Keempat, Fleksibilitas. Untuk Istirahat bagaimanapun waktu longgar tanpa kerjaan dianggap istirahat. Gaji? Dari awal saya melamar pekerjaan di sini, saya sudah tahu bahwa itu tidak akan menyetarai atau bahkan melampaui UMR sekitar. 

Namun, yang dapat saya negoisasikan adalah kapan waktu penerimaan gaji berlangsung. Karena saya tipikal orang yang tidak dapat mengelola uang dengan baik, saya meminta untuk menerima "pencairan" setiap akhir pekannya.

Kelima, Tidak Wajib Formal. Walaupun Perusahaan besar cenderung memiliki budaya kerja dengan formal (tidak seperti Perusahaan seperti Google) terutama dalam berpakaian. 

Boss saya memang tidak memaksa untuk berpakaian formal, saya tetap saja menggunakan pakaian berkerah dan celana jeans/ kain karena ini saya rasa berpengaruh terhadap para customers atau klien yang datang di perusahaan ini. Saya juga merasakan suasana kerja yang lebih santai sembari menanggani para customers maupun klien.

Keenam, Lebih Dihargai. Saya merasa senang ketika memiliki kesempatan untuk menyampaikan opini, ide hingga permintaan. Seperti ketika komputer yang biasanya saya gunakan untuk menangani klien terkadang nge-freeze atau hang dan harus melakukan ritual yang sangat rumit dan hanya dapat dilakukan oleh orang yang berpengalaman yaitu menekan tombol darurat. 

Restart. Ya gimana tidak harus berpengalaman, menekan tombol darurat tersebut tentunya harus memiliki mental dan kepekaan yang tinggi seperti sebelum terjadi hal yang tidak diinginkan kita segera membackup agar file yang sedang kita kerjakan tidak hilang begitu saja. 

Karena tidak ingin terjadi berulang kali, permintaan kepada atasan untuk setidaknya mengupgrade komputer diterima olehnya.

Yang terakhir, berkesempatan menjadi saksi bahkan memiliki peran ketika perusahaan berkembang. Saya walaupun masih terbilang bekerja seumur jagung tapi sudah dapat spoiler jika perusahaan ini akan "diperbaiki" dan "ditingkatkan" untuk menjadi lebih baik lagi dalam waktu yang akan datang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun