Mohon tunggu...
ADE SETIAWAN
ADE SETIAWAN Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Kepala Puskeswan Pandeglang

All is Well

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Talas Beneng, Pangan Lokal asal Pandeglang yang Kaya Karbo

7 Maret 2024   05:00 Diperbarui: 15 Maret 2024   15:18 558
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi talas. (Sumber: Shutterstock/ Deenida via kompas.com)

Talas beneng kaya karbohidrat bisa langsung dimakan dengan cara direbus atau digoreng,” ~ Ketua KWT Sinar Makmur Kabupaten Pandeglang Ida Farida

Dalam sebuah diskusi di forum rapat organisasi perangkat daerah (OPD) Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Pandeglang yang saya ikuti belum lama ini, ada salah seorang peserta yang mengingatkan tentang pentingnya upaya pengembangan pangan lokal dalam penyediaan pangan bagi masyarakat.

Dia bahkan mempertanyakan snack dus rapat yang dulu sempat diganti dengan pangan lokal seperti umbi-umbian rebus, kacang rebus, atau jagung rebus, sekarang sudah tidak dilakukan lagi.

Diskusi menjadi menarik lantaran nara sumber saat itu sedang fokus membahas bagaimana meningkatkan produksi dan produktivitas lahan padi, di mana saat ini daerahnya sebagai kontributor utama pemasok hasil pangan nasional, khususnya beras.

Sebagai salah satu lumbung padi di provinsi dan nasional, tak ada yang salah ketika pemerintah daerah memberikan prioritas kepada petani untuk menanam padi.


Namun kata dia, daerahnya juga kaya akan sumber pangan lokal seperti ubi ungu, sukun, sagu mocaf (tepung aci singkong) dan talas beneng. Sehingga potensi ini layak dikembangkan dalam upaya mewujudkan ketahanan pangan yang berbasis kemandirian pangan lokal.

Dia berharap prospek pangan lokal yang potensial ini bisa lebih dikembangkan dengan cara memanfaatkan sumber daya manusia (SDM) lokal untuk pengembangan usaha.

Caranya dengan memberikan pelatihan tentang manajemen usaha, strategi pemasaran, dan berinovasi dalam membuat berbagai variasi produk olahan.

Pada akhirnya diskusi menjadi ironi ketika nara sumber menjelaskan bahwa sebagian besar produksi padi yang dihasilkan 80 persen dijual dalam bentuk gabah yang tidak memiliki nilai tambah bagi petani setempat.

Pada bagian lain, sampai saat ini produk olahan berbahan baku pangan lokal masih belum dapat bersaing dengan olahan pangan berbasis terigu baik dari segi kualitas maupun harganya.

Hal ini pada akhirnya menjadi permasalahan tersendiri. Oleh karena itu perlu didorong secara intensif upaya pengembangan pangan lokal untuk menjawab permasalahan tersebut.

Baca juga: Menghalau Kemiskinan Ekstrem dengan Menjadi Petani Produktif

Usai rapat yang membahas usulan rencana kerja tahun anggaran 2025 ini, saya menghampiri dia yang tadi mengingatkan tentang pentingnya upaya pengembangan pangan lokal dalam penyediaan pangan bagi masyarakat.

Dia adalah Ida Farida, sosok Ketua Kelompok Wanita Tani (KWT) asal Kampung Cikondang Kelurahan Pandeglang Kecamatan Pandeglang Kabu­paten Pande­glang, Provinsi Banten.

Ida Farida mengaku merintis KWT Sinar Makmur bersama puluhan anggotanya. Mereka telah melakukan inovasi dan menghasilkan aneka produk pangan berbahan baku hasil per­tanian lokal talas beneng di antaranya berupa stik, tepung, mi instan, keripik, brownies dan olahan lain.

Talas beneng kaya karbohidrat bisa langsung dimakan dengan cara direbus atau digoreng,” kata wanita paruh baya itu ketika saya tanya apakah talas ini bisa dimakan langsung sebagai pengganti nasi.

Talas Beneng dari Lokal go Internasional

Talas beneng merupakan sejenis tanaman umbi-umbian mirip Talas Bogor yang lebih dulu terkenal itu. 

Namun talas beneng berukuran jauh lebih besar dan berwarna kuning yang berbeda dengan umbi talas lainnya. Makanya disebut “Beneng” kependekan dari besar dan “koneng” (baca: dalam bahasa sunda, kuning).

Talas beneng sudah diakui pemerintah pusat sebagai salah satu varietas lokal kepemilikan - asal - Kabupaten Pandeglang melalui sertifikat tanda daftar Nomor 256/PVL/2017.

Kemudian tahun 2020, diterbitkan surat keputusan (SK) Menteri Pertanian (Mentan) Nomor 981/HK.540/c/10/2020 tentang pelepasan sebagai varietas talas unggul.

Sebenarnya, talas beneng sejak lama tumbuh secara luas di sekitar kawasan lereng Gunung Karang di Kabupaten Pandeglang. Pemanfaatan pangan lokal ini awalnya hanya direbus atau digoreng untuk konsumsi warga setempat.

“Awalnya tanaman ini liar, akhirnya menjadi produk lokal dan sekarang mengisi pangsa pasar international”, ungkap Bupati Pandeglang Hj. Irna Narulita.

Bupati menyampaikan itu saat acara Talkshow Bertani On Cloud (BOC) program Badan Pengembangan Penyuluhan Sumberdaya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian Republik Indonesia (Kementar RI) di Kampung Cinyurup, Kamis (23/2/2023) sebagaimana dikutip website diskomsantik.pandeglangkab.go.id dalam artikel “Talas Beneng dari Lokal go Internasional”

Baca juga: Ragam Pangan "Substitusi" Beras yang Mengenyangkan Hingga Cocok untuk Diet

Kini, talas beneng telah dibudidayakan secara luas hampir di seluruh wilayah Indonesia dan memberikan kontribusi ekonomi bagi pelaku usaha, terutama di Kabupaten Pandeglang.

Pemanfaatannya pun tidak hanya direbus atau digoreng, tetapi untuk kepentingan industri usaha kecil mikro dan menengah (UMKM).

Talas Beneng bisa diolah menjadi tepung dan produk olahan lainnya dengan nilai kandungan gizi yang beragam seperti karbohidrat kompleks, provitamin A, karotenoid, dan prebiotik serta memiliki kandungan serat tinggi.

Tak hanya itu, bagian daun talas beneng memiliki nilai ekonomis tinggi lantaran daunnya juga dimanfaatkan sebagai bahan rokok herbal pengganti tembakau yang laku di pasaran internasional.

Nah, di tengah harga beras yang yang mahal, tidak ada salahnya yuk kita mulai membiasakan mengonsumsi makanan pokok dengan kandungan karbohidrat yang beragam selain nasi.

Mudah-mudahan ada hikmah dibalik mahalnya harga beras hari ini yakni semakin mendorong masyarakat untuk memvariasikan makanan pokok yang dikonsumsi, sehingga tidak terfokus pada satu jenis saja.

Salam Literasi

Ade Setiawan, 07.03.2024

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun