Mohon tunggu...
ADE SETIAWAN
ADE SETIAWAN Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Kepala Puskeswan Pandeglang

All is Well

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Menghalau Kemiskinan Ekstrem dengan Menjadi Petani Produktif

6 Desember 2023   17:58 Diperbarui: 7 Desember 2023   02:00 1279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Petani Kolelet Turus Panen Padi (Dokumentasi Pribadi)

Meski sempat diterpa kemarau panjang yang menyebabkan kekeringan, para petani di kampung saya akhirnya berhasil memanen padi secara normal dari sawah yang digarapnya.

Memang, tidak semua menghasilkan panen padi normal. Sebagian kecil petani mengakui bahwa hasil panennya menurun dibanding panen sebelumnya. Namun mereka tetap bersyukur dan mengaku akan tetap menanam padi kembali seusai panen ini.

Mereka beralasan, hanya lahan sawah ini yang menjadi tumpuan warga setempat untuk menghasilkan padi dan kebetulan sebagian besar dari mereka memang menggantungkan hidupnya sebagai petani.

Di tengah musim panen padi ini terlihat wajah-wajah mereka terlihat berseri-seri. Bagi mereka, ketika waktu panen tiba merupakan kebahagiaan yang tak ternilai lantaran bisa menikmati hasil jerih payah yang telah mereka kerjakan selama 3-4 bulan ini. Dan doa yang selalu dipanjatkan adalah agar panen berikutnya, hasil panen padi mereka akan lebih baik lagi.

Para petani yang sekarang sedang panen adalah mereka yang sawahnya dekat dengan irigasi. Jadi, kendati musim kering plus terjadi efek domino fenomena El Nino mereka masih bisa panen.

"Alhamdulilah padi yang dipanen cukup bagus, dengan hasil normal, 1 hektarnya bisa menghasilkan padi 6 ton," ungkap salah seorang petani ketika saya jumpai di lokasi panen padi dekat tempat tinggal saya, belum lama ini.

Ia mengatakan, para petani di sini lebih memilih menanam padi, meski kesulitan mendapatkan air. "Karena padi menjadi komoditas yang lebih mudah dijual," katanya.

Menurut penuturan mereka, benih padi yang dipakai adalah sejenis Inpari 32. 'Inpari' adalah singkatan dari 'Inbrida Padi Sawah Irigasi', merupakan padi inbrida yang ditanam di lahan sawah.

Inbrida mempunyai arti varietas yang dikembangkan dari satu tanaman melalui penyerbukan sendiri, sehingga memiliki tingkat kemurnian atau homozigositas yang tinggi.

Menurut Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian Pertanian, varietas Inpari 32 memiliki beberapa keunggulan diantaranya ketahanan terhadap penyakit Hawar Daun Bakteri Strain III, agak tahan terhadap Hawar Daun Bakteri Strain IV, tahan terhadap blas Ras 033, agak tahan terhadap Tungro, namun rupanya memang agak rentan terhadap Wereng Coklat Biotipe 1, 2, dan 3.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun