Sampailah di Curug Tomo sekira pukul 08.00 dengan disambut suara gemericik air dan pancaran hangat cahaya matahari pagi. Pemandangan alam air terjun yang luar biasa indah dan sejuk mempesona, asri dan bersih, airnya bening dan terasa dingin ketika kami sentuh.
Curug Tomo dikelilingi oleh pepohonan yang menjulang tinggi, ibarat 'Surga Kecil' di dunia yang tersembunyi di sela-sela pegunungan Desa Ramea Kecamatan Mandalawangi Kabupaten Pandeglang.
Saat itu, kami adalah pengunjung pertama yang tiba. Awal pertama yang kami lakukan adalah beristirahat sejenak, sekaligus mengisi perut yang sudah lapar.
Kami langsung membuka bekal sarapan pagi berupa dua bungkus nasi kuning dan gorengan ceker ayam yang kami bawa dari rumah, untuk dimakan bersama-sama di salah satu 'Saung' yang memang khusus diperuntukan bagi pengunjung untuk beristirahat.
Beruntung saya dan anak-anak membawa baju ganti, sebab kurang memuaskan jika mengunjungi Curug Tomo tanpa merasakan secara langsung kejernihan dari air curug itu sendiri.
Apalagi kondisi arus kelihatan cukup tenang dan kolam yang relatif dangkal, terlihat dari banyangan dasar kolam yang terlihat jelas dengan kasat mata.
Setelah satu jam istirahat barulah secara bergelombang pengunjung Curug Tomo mulai berdatangan. Apalagi hari itu Weekend.
"Biasanya Sabtu dan Minggu pengunjung akan ramai berdatangan ke Curug Tomo," ujar salah seorang penjaga pintu masuk Curug Tomo bernama Isnaeni sambil menyodorkan tiket masuk seharga Rp10.000 / orang.
Ia menuturkan, akan lebih ramai lagi ketika setelah Lebaran atau saat Tahun Baru tiba. Mereka berasal dari Pandeglang, Serang, Cilegon. "Bahkan ada pengunjung dari Tangerang dan Jakarta juga kesini," tuturnya.
Dia mengatakan, lokasi ini bisa dijadikan tempat untuk 'Camping' bagi mereka yang ingin bermalam dan mendirikan tenda di sekitar Curug Tomo.