Dari sejak awal keberangkatan, kami telah menyadari lokasi Curug Tomo ini terbilang terpencil diatas pegunungan. Oleh karena itu selain mengandalkan 'google maps' kami juga kerap bertanya kepada warga sekitar agar tidak tersesat.
Sesuai petunjuk jalan, kemudian kami melajukan mobil menuju arah Desa Sinarjaya -Desa Panjangjaya - Desa Cikumbueun - terakhir Desa Ramea Kecamatan Mandalawangi dengan tingkat variasi jalan yang kami lalui sebagian terbesar beraspal dan jalan beton.Â
Sehingga menurut penilaian kami lumayan lancar bisa dilalui kendaraan roda dua maupun roda empat tanpa kendala berarti.
Melewati jalan perdesaan dan perkampungan khas nuansa pegunungan memang perjalanan sangat menyenangkan, karena sepanjang jalan kami disuguhi pemandangan persawahan berundak dan indah yang terhampar luas dengan air mengalir tiada henti.
Belum lagi sepanjang perjalanan kami dimanjakan oleh pesona deretan areal pertanian dan perkebunan warga sekitar yang hijau dan rindang.
"Namun demikian, pengemudi harus tetap berhati-hati lantaran jalan desa menuju Curug Tomo menanjak."
Berbelok tajam menukik melintasi lereng perbukitan berkelok-kelok dan pegunungan dengan beberapa lintasan diantaranya adalah tanjakan sangat tinggi dan jalan menurun sangat curam, ditambah pemandangan jurang menganga disebelah kanan dan kiri jalan.
Pengendara yang baru pertama kali melintas disarankan harus extra hati-hati saat berkendara, karena terdapat sejumlah tanjakan penuh bebatuan dan turunan curam dengan jalan penuh lubang dan batu disana sini.Â
Mendebarkan memang, namun pemandangan yang indah sepanjang jalan menuju Curug Tomo cukup untuk menghalau rasa was-was itu.
Tiba di Desa Ramea kami disambut dengan sebuah gapura ucapan 'Selamat Datang di Kawasan Desa Ramea Curug Tomo Leuwi Bumi'.
Memang di kawasan ini ada dua lokasi wisata alam yakni Curug Tomo yang sudah melegenda, lebih lawas dikenal masyarakat setempat dan tak begitu jauh lokasinya terdapat wisata alam yang lebih ke-kini-an yakni Turalak Leuwi Bumi.