Mohon tunggu...
Adelia Putri Faradina Gani
Adelia Putri Faradina Gani Mohon Tunggu... Mahasiswa

💌

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Curah Hujan Tinggi, Dua Sungai Meluap: Ratusan Rumah di Sidoarjo Terendam Banjir

2 Maret 2025   23:09 Diperbarui: 2 Maret 2025   23:17 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hujan deras selama lima jam pada hari Senin (24/2) lalu menyebabkan dua sungai di Kecamatan Kota Sidoarjo, yaitu Sungai Pucang dan Sungai Kutuk, meluap. Akibatnya, ratusan rumah di beberapa desa dan kelurahan terendam banjir. Selain rumah, banjir juga menggenangi beberapa ruas jalan, seperti Jalan Kutuk Barat di Kelurahan Sidokare, Jalan Bluru Kidul, Jalan Kartini, dan Jalan Rangkah. Ketinggian air bervariasi, mulai dari 20 hingga 35 cm, bahkan ada yang mencapai lutut orang dewasa, seperti di Jalan Desa Bluru Kidul. Kondisi ini membuat para pengendara motor kesulitan melintas, bahkan berisiko mogok.

Menurut Zaenuri (60), warga Bluru Kidul, banjir di daerahnya disebabkan oleh luapan Sungai Pucang dan merupakan langganan setiap tahun, terutama saat musim hujan. Ia juga mengatakan bahwa banjir semakin parah dalam tiga tahun terakhir, sehingga mengganggu pekerjaannya sebagai penjual bakso.

Hal senada juga disampaikan oleh Sukiran (60), warga Bluru Kidul lainnya. Ia mengatakan bahwa banjir mulai terjadi pada Senin malam setelah hujan deras reda, sekitar pukul 18.00 WIB. Air meluap dan menggenangi jalan desa serta masuk ke rumah warga. Warga berharap agar bantaran Sungai Pucang dapat ditinggikan agar air tidak mudah meluap.

Sementara itu, Heni (34), warga Kelurahan Sidokare, mengatakan bahwa banjir di wilayahnya disebabkan oleh luapan Sungai Kutuk dan juga merupakan masalah tahunan. Ia berharap agar tanggul sepanjang Sungai Kutuk dapat ditinggikan agar tidak mudah banjir.

Ketimpangan pembangunan ekonomi dalam masalah banjir di Sidoarjo terlihat dari kurang meratanya infrastruktur pengendalian banjir antara daerah yang lebih berkembang dan daerah yang lebih rentan. Beberapa faktor yang mencerminkan ketimpangan tersebut antara lain:

  1. Kurangnya Infrastruktur Drainase dan Tanggul

Daerah yang sering mengalami banjir, seperti Bluru Kidul dan Sidokare, menunjukkan kurangnya investasi dalam sistem drainase dan peninggian tanggul sungai. Sementara itu, wilayah perkotaan yang lebih maju cenderung memiliki sistem pengendalian banjir yang lebih baik.

  1. Pengelolaan Tata Ruang yang Tidak Merata

Kawasan yang mengalami banjir berulang kali mungkin tidak memiliki perencanaan tata kota yang baik, seperti kurangnya ruang terbuka hijau dan daerah resapan air. Sementara itu, kawasan industri dan komersial di daerah lain mungkin lebih diperhatikan dalam perencanaannya.

  1. Kurangnya Anggaran dan Prioritas Pembangunan

Wilayah yang lebih berkembang cenderung mendapatkan lebih banyak alokasi anggaran untuk infrastruktur dibandingkan dengan daerah yang sering terkena bencana banjir. Hal ini menyebabkan permasalahan berulang tanpa solusi jangka panjang.

Cara Mengatasi Ketimpangan Tersebut:

  1. Peningkatan Infrastruktur Pengendalian Banjir

Pemerintah daerah harus mempercepat pembangunan dan peninggian tanggul di Sungai Pucang dan Sungai Kutuk, serta memperbaiki sistem drainase di daerah rawan banjir.

  1. Pemerataan Pembangunan

Perlu ada kebijakan yang memastikan daerah yang sering banjir mendapatkan perhatian lebih dalam perencanaan pembangunan, bukan hanya daerah dengan pertumbuhan ekonomi tinggi.

  1. Revitalisasi Tata Ruang

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun