Mohon tunggu...
Geny Giany
Geny Giany Mohon Tunggu... Novelis - Writer

Menulis adalah obat di kala pilu dan sahabat di saat sendu.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Elevator (Cerpen Horor Menyeramkan. Jangan Baca Sendirian!)

5 Desember 2022   12:15 Diperbarui: 5 Desember 2022   13:19 778
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di dalam lift, sudah ada seorang wanita yang berdiri di bagian sudut. Sepertinya kamu merasa ragu untuk melangkah masuk. Pupil matamu terlihat membesar bersamaan dengan jakun yang bergerak seperti habis menelan ludah.

Wanita itu tersenyum simpul seraya menunduk, seolah-olah memberi hormat. Kelihatannya dia manusia. Dapat dibedakan melalui kedua kakinya yang menapak di atas lantai. Lagi pula, mana ada hantu sejelas itu terdeteksi oleh pandangan? Bukankah mereka sering dijuluki makhluk tak kasat mata?

Setelah bergeming beberapa detik, akhirnya kamu memutuskan untuk memasuki ruang sempit berukuran 2 x 1,5 meter itu. Kemudian, menekan tombol close dan GF setelah membalas senyumannya.

Pintu lift menutup dan mulai bergerak turun. Suasana di dalam cukup hening. Hanya terdengar suara yang sedikit gaduh, mungkin berasal dari mesinnya.

Kamu memainkan kuku jempol dengan telunjuk, seolah-olah mengusir rasa canggung. Sampai akhirnya, terdengar dentingan lift sebelum pintunya terbuka.

Entah mengapa tiba-tiba kamu menoleh ke belakang secara perlahan. Seperti ingin memastikan sosok wanita tadi, atau mungkin ingin bertegur sapa untuk terakhir kali.

Alangkah terkejutnya kamu saat mendapati sosoknya telah menghilang.

Ke mana dia?

Napasmu mulai terengah-engah. Sepertinya, detak jantung pun sudah di atas 100 BPM per detik.

Sejurus kemudian, lift terbuka secara perlahan. Sementara kamu mulai menoleh lagi ke arah pintu.

Di ujung lorong—tepat beberapa meter dari arah depan—terlihat wanita tadi berjalan cepat ke arahmu. Sosokmu yang mulai terpaku disertai peluh yang kian rebas di antara kening, dengan spontan mengucap kalimat istigfar berulang-ulang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun