Mohon tunggu...
Kadek Dea Rinda Cahyanti
Kadek Dea Rinda Cahyanti Mohon Tunggu... Mahasiswa

.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Memahami Apa Itu Karma Phala Dalam Panca Sradha

1 Mei 2025   10:47 Diperbarui: 1 Mei 2025   15:39 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karma Phala  (https://kicirdima.blogspot.com/2012/08/t-karma-phala-a.html)

Pernahkah kalian mendengar istilah "karma" dalam kehidupan sehari-hari? Tentu konsep karma ini sering dikaitkan dengan hukum sebab-akibat, di mana setiap perbuatan baik ataupun burun akan membawa konsekuensi tertentu. Di dalam ajaran Agama Hindu, karma tidak sekedar kepercayaan umum, melainkan bagian dari Panca Sradha, yaitu lima dasar keyakinan Agama Hindu yang terdiri dari Brahman, Atman, Karma Phala, Punarbhawa, dan Moksa. Karma Phala disini sebagai salah satu bagian dari Panca Sradha yang menjelaskan bagaimana setiap tindakan manusia, baik itu melalui pikiran, ucapan, perbuatan, yang di mana ini akan menghasilkan hasil (phala) yang sesuai, baik dalam kehidupan sekarang maupun kehidupan yang akan datang.

Pemahaman tentang Karma Phala ini bukan hanya bersifat filosofis-religius semata, tetapi juga, menjadi panduan praktis dalam menjalani kehidupan yang berkeadilan, penuh tanggung jawab, dan selaran dengan hukum alam. Lalu, bagaimana Karma Phala ini sebenarnya bekerja? Mengapa pemahaman tentang Karma Phala itu penting dalam ajaran Agama Hindu? Melalui tulisan ini, penulis akan membahas mengenai pemahaman Karma Phala dalam Panca Sradha, jenis karma, implementasinya di kehidupan sehari-hari.

Panca Sradha

Setiap agama pasti punya prinsip keyakinannya sendiri yang menjadi fondasi penting dalam menjalani kehidupan beragama. Sebagai umat beragama, kita wajib mempelajari dan mengamalkan prinsip-prinsip ini karena inilah yang menguatkan iman kita. Semakin dalam pemahaman kita terhadap dasar keyakinan agama, semakin teguh pula praktik keagamaan yang kita jalani. Nah, dalam agama Hindu, keyakinan dasar ini dikenal dengan istilah Panca Sradha.

Panca Sradha merupakan lima keyakinan yang harus diyakini oleh setiap pemeluk Agama Hindu. Kelima prinsip itu meliputi Brahman (keyakinan akan Sang Hyang Widhi, Atman (keyakinan akan jiwa/roh individu, Karma Phala (keyakinan akan hukum sebab-akibat perbuatan, Punarbhawa (keyakinan akan reinkarnasi atau kelahiran kembali, dan Moksa (keyakinan akan kebebasan akhir dari siklus kelahiran atau tujuan tertinggi dalam agama Hindu bisa mencapai Jagadhita dan Moksa).

Definisi Karma Phala

Setiap tindakan yang dilakukan oleh manusia maupun makhluk hidup lainnya tidak akan pernah luput dari akibatnya. Jika seseorang berbuat kebaikan, maka kebahagiaanlah yang akan ia dapatkan. Sebaliknya, perbuatan jahat hanya akan mendatangkan penderitaan. Atas dasar inilah semua agama mengajarkan umatnya untuk senantiasa berbuat baik agar dapat merasakan ketenteraman dalam hidup. Konsep Karma Phala dalam ajaran Hindu sebenarnya memberikan sebuah keyakinan mendasar bahwa segala bentuk perbuatan dalam kehidupan ini pasti akan menuai hasilnya, baik berupa pahala maupun konsekuensi.

Secara etimologis, Karma Phala berasal dari dua kata bahasa sansekerta, yaitu "karma" yang berarti perbuatan atau aksi, dan "phala" yang berarti buah atau hasil. Jadi dapat diartikan bahwa Karma Phala merupakan buah atau hasil dari perbuatan yang dilakukan seseorang. Dalam ajaran Agama Hindu, konsep ini mencakup tiga aspek perbuatan manusia, yaitu pikiran (manacika), ucapan (wacika), dan perbuatan (kayika). Artinya tidak hanya perbuatan nyata yang memiliki dampak, tetapi juga apa yang dipikirkan dan diucapkan akan menciptakan akibat tertentu. Karma Phala juga menjelaskan prinsip sebab-akibat yang universal setiap aksi, sekecil apa pun, pasti akan menimbulkan reaksi. Hukum ini tidak terbatas oleh ruang dan waktu, sehingga konsekuensinya bisa dirasakan baik dalam kehidupan sekarang, masa lalu (melalui reinkarnasi), maupun kehidupan yang akan datang.  Bahkan hal-hal yang dianggap sepele, seperti niat tersembunyi atau kata-kata yang terucap tanpa sadar, tetap memiliki pengaruh dalam hukum karma ini. Manusia menempati posisi istimewa di antara semua makhluk ciptaan Tuhan. Hal ini tertuang jelas dalam kitab Sarascamuscaya sloka 2 yang berbunyi:

Risakwhning sarwa bhuta, iking janma wwang juga wenang gumawayaken ikang subhasubha karma, kuneng panentasakna ring subhakarma juga ikang asubhakarma phalaning dadi wwang.

Artinya: 

Diantara semua makhluk hidup, hanya yang dilahirkan menjadi manusia sajalah yang dapat melakukan perbuatan baik atau perbuatan buruk, leburlah ke dalam perbuatan baik, segala perbuatan yang buruk itu; demikianlah gunanya (pahalanya) menjadi manusia.

Keistimewaan manusia semakin nyata dengan dikaruniai sabda (kemampuan berbicara), bayu (tenaga), dan idep (pikiran). Dengan ketiga anugerah inilah manusia dapat membedakan antara yang baik dan buruk, serta memilih jalan hidupnya. Kelahiran sebagai manusia adalah kesempatan emas untuk mengumpulkan karma baik. Jika seseorang banyak berbuat kebajikan selama hidupnya, maka kelahiran berikutnya akan lebih mulia. Sebaliknya, jika lebih banyak berbuat dosa, maka kualitas kehidupan berikutnya akan menurun. Kemampuan berpikir dan kesadaran yang dimiliki manusia mendorong mereka untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik dan mencapai tujuan hidup tertinggi. Dalam konteks ini, manusia tidak hanya sekadar hidup, tetapi juga diberi tanggung jawab untuk mengelola kehidupannya secara bijaksana.

Jenis-Jenis Karma Phala

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun