Mohon tunggu...
Ade Lanuari Abdan Syakura
Ade Lanuari Abdan Syakura Mohon Tunggu... Guru - Bersatu padu

Hanya manusia biasa yang diberikan kehendak oleh Tuhan untuk menggoreskan pena pada secarik kertas kusam.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Seekor Monyet di Rumah Kami

31 Agustus 2021   11:26 Diperbarui: 31 Agustus 2021   11:42 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mengapa kau harus berada di sini? Apakah kau tega menganggu kenyamanan kami,  setelah sekian lama berumah tangga? Kau hadir dengan membawa keburukan, melontarkan sebuah sebuah drama kehidupan tak penting ala-ala drama Korea.

             Kami sudah mencoba menghindarimu, namun kau tetap kukuh mengikuti dengan segala daya upaya yang menjengkelkan.

"Cukup sampai di sini kau menggantungkan hidup pada kami. Biarkan kami menikmati kehidupan dengan tenang tanpa harus mendengar segala rengekan manjamu setiap hari." Kataku mencoba menahan diri untuk tidak naik pitam.

"Ada apa dengan kalian? Mengapa merasa terganggu dengan kehadiranku?" Ia malah bertanya balik kepadaku.

"Mengapa kau tak segera sadar. Hidupmu menjadi beban bagi kami. Kau bukanlah orang tua, bukan pula anak-anak, bahkan cucu-cucu kami. Kau hanyalah 'kenalan kami' yang setiap hari bermanja pada harta-harta. Tidak hanya itu, kau bahkan menggantungkan hidup pada kami dengan kemalasan."

Kau terdiam, masih memikirkan sebuah seribu alasan untuk mengelak. Sayang, semua jawaban yang terlontar pada mulutmu adalah kedunguan.

"Aku... Hanya ingin hidup nyaman tanpa harus bersusah payah mencari nafkah." Katamu tanpa merasa berdosa.

"Tidak bisa seperti itu! Semua makhluk ciptaan Tuhan, termasuk seekor monyet akan bersusah payah mencari makan di ladang. Apa derajatmu lebih rendah daripada seekor monyet?"

"Ya tak mengapa aku seperti monyet, namun aku tetaplah manusia meski lebih buruk darinya. Jika boleh memilih, aku ingin menjadi monyet yang dipelihara manusia sepertimu."

Kau beranjak pergi ke kamar, tertidur lelap di rumah kami. Aku yang tak tahan dengan kelakuanmu segera kutelpon polisi agar segera meringkusmu dengan dalih telah mengganggu kententraman rumah tangga kami. Sambil bersungut aku berkata:

"Kali ini kesabaranku telah habis dilalap api amarah."

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun