Mohon tunggu...
Addie DA
Addie DA Mohon Tunggu... Arsitek - Mempunyai profesi sebagai ibu mandor dan tukang gambar bangunan.

Mempunyai hobi menulis yang dipupuk sejak remaja.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Titik dan Koma

3 April 2024   09:00 Diperbarui: 4 April 2024   11:29 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mereka terdiam.

***

Titik hanya menatap keluar jendela civic kecil itu. Memandangi lampu-lampu jalan, pendarnya hangat. Tanya konsentrasi menyetir. Mereka sempat menertawakan motor pizza delivery yang berpapasan dengan civic kecil itu.

(Diam-diam ia melihat itu semua. Dikejarnya civic kecil itu.)

Titik bahagia sekali. Hanya untuk dapat berdua dengan seseorang yang ternyata peduli terhadapnya. Tanya, teman satu kuliah yang kini rekan kerjanya. Bahagia. Tak henti ia bersyukur.

Kafe di tengah kota kecil itu terasa begitu indah suasananya, lampion-lampion yang tergantung berusaha mengalahkan cahaya bulan. Sepi, karena sudah larut. Selain Titik dan Tanya, terdapat sepasang kekasih belasan tahun yang berada di pojok kafe dan seorang pria muda yang sedang merokok dan belum menyentuh cappuccinonya. Pria itu tampak kesepian. Itu bisa saja aku, Titik berpikir dalam hati. Tapi tidak lagi, sekarang ada Tanya, ia ternyata ingat ulang tahunku. Ia peduli, paling tidak aku tak kesepian malam ini. Selalu sendiri selama tiga puluh satu tahun aku hidup. Bosan? Semangat? Menunggu? Menunggu saat ini. Tak pernah ada orang yang peduli padanya selama ini. Tak pernah punya 'seseorang'. Hampir menyerah.


Titik dan Tanya duduk berhadapan. Titik tak bisa menahan senyum. Ia bahagia sekali. Tahun-tahun yang ia lalui sendirian terhapus oleh malam itu. Tanya seperti menariknya keluar dari lubang gelap yang setiap kegelapannya adalah kesepian.

"Titik, maafkan aku jika telah melupakan ulang tahun-ulang tahunmu yang sebelumnya, 18, 19, 20, 22, 25... Ah, dulu aku memang tidak pernah memerhatikanmu. Tapi sekarang berbeda. Aku tahu kisahmu. Jadi, aku HARUS ingat ulang tahunmu." Tanya menatap Titik tajam. Titik bingung. "Hahahaha... Kisahku? Lawakan apa yang coba kau lontarkan? Aneh kamu, Tan!"

"Bahwa kamu selalu kesepian. Malam-malammu kamu habiskan dengan sendirian. Kamu selalu kesepian. Tak pernah ada yang memerhatikanmu, mendengarmu, memelukmu, membasuh air matamu. Bahkan aku sekali pun. Untung kamu kuat. Aku kagum, salut atas kesabaranmu," Tanya meraih tangan Titik, digenggamnya.

Titik melepas genggaman Tanya. "Jadi ini semua karena kamu kasihan sama aku? Kamu datang karena kamu kasihan atas kehidupanku? Terima kasih. Selama ini aku memang dianggap tidak ada oleh semuanya. Aku bisa tahan kok selama bertahun-tahun ini. Kamu tak perlu mengasihani aku. Bagus, Tan, aku heran kenapa kamu bisa bertahan dengan orang yang membosankan dan patut dikasihani seperti aku. Aku sendirian bukan berarti kesepian." 

Tanpa sadar Titik telah menangis. Ia meraih tangan Tanya kembali, Setelah tangisnya reda dan menelan ludah, Titik menatap Tanya, "Tolong aku, temani aku, malam ini saja. Aku tak peduli alasanmu, aku tak peduli tatapan prihatin yang kau berikan padaku." Titik berusaha menahan tangisnya supaya tak kembali meluap, ia tak kuat lagi. Tangis yang ia pendam selama bertahun-tahun sepertinya ingin mengalir semua malam ini, saat ini juga. Tanya tersentuh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun