Mohon tunggu...
Adam Fatoro Bachtiar
Adam Fatoro Bachtiar Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Ojo gumunan,ojo getunan,ojo kagetan, lan ojo aleman

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Pengaruh Orangtua yang Over Protective terhadap Perkembangan Anak

18 April 2021   15:32 Diperbarui: 18 April 2021   15:51 409
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Menurut teori Erikson, anak-anak pada usia sekolah dasar sedang berada di fase kerja keras versus rasa inferior. Artinya anak akan mulai banyak berhubungan dengan banyak hal yang baru, anak akan aktif dalam belajar, anak akan lebih fokus ke penguasaan pengetahuan dan intelektual mereka. Akan tetapi anak juga akan dihantui rasa inferior; rasa rendah diri, merasa tidak kompeten dan tidak produktif. 

Anak akan merasa kurang percaya diri dengan kemampuan yang ia miliki. Disini peran orang tua dan guru sangat dibutuhkan. Erikson percaya bahwa guru memiliki tanggung jawab khusus bagi perkembangan keaktifan anak. Menurut Erikson guru harus "dengan lembut tetapi tegas mengajak anak ke dalam petualangan menemukan bahwa seseorang dapat belajar mencapai sesuatu yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya"( Ode Yahyu Herliany Yusuf. 2020:60)

Pada fase tersebut anak-anak sangat membutuhkan dukungan dan perhatian dari orang tua, pola asuh orang tua sangat berpengaruh pada perkembangan kemampuan sikap dan intelektual anak. Orang tua yang paham akan fungsi dan tujuannya akan mampu mendidik anak dengan baik dan menghasilkan anak yang mampu berfikir positif dalam setiap hal. Sedangkan orang tua yang menerapkan pola asuh over protective cenderung akan lebih kasar dan keras dalam mendidik anaknya. Orang tua akan selalu berbuat sesuai apa yang menurutnya baik, tidak pernah memberi pilihan kepada anak untuk memilih sesuai kemampuan kan keinginannya. Akibatnya anak akan merasa tertekan dan anak menjadi tidak nyaman berada di rumah.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Dr. Mai Stafford dari University College London dilakukan kepada 5.000 orang yang lahir pada tahun 1946, menghasilkan bahwa orang tua yang mengedepankan kehangatan dan responsif memiliki anak yang lebih bahagia, lebih sehat secara mental dan lebih puas menjalani hidup ketika dewasa. Sebalikanya, orang tua yang mengekang anak atau menjalankan pola asuh 'tangan besi' ternyata berpotensi membuat anak tidak bahagia dan tidak puas akan hidupnya (Muhamad Reza Sulaiman, 2015).

Orang tua yang over protective cenderung memiliki sifat yang kaku, mudah marah, dan tidak demokratis. Mereka tidak segan-segan memukul dan memarahi anak ketika ia melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan apa yang diinginkan orang tua. Orang tua selalu merasa apa yang mereka lakukan adalah benar dan baik bagi anak, tanpa melihat kondisi anak tersebut. 

Menurut (Yuliyanti Bun, dkk. 2020:132) bentuk pola asuh otoriter memiliki ciri-ciri orang tua bertindak tegas, suka menghukum, kurang memberikan kasih sayang, kurang simpatik, memaksa anak untuk patuh terhadap peraturan, dan cenderung mengekang keinginan anak. Selain itu pola asuh otoriter penerimaan (responsiveness) rendah dan tuntutan (demandingness) orang tua tinggi. Kecendurungan pola asuh otoriter menyebabkan anak kurang insiatif, menjadi tidak disiplin, cenderung ragu, dan mudah gugup.

Dari beberapa masalah yang dipaparkan diatas, ada beberapa factor yang dapat saya ambil, diantaranya:

1. Orang tua ingin anaknya menjadi penurut

2. Orang tua merasa dirinya paling benar dan berpengalaman

3. Orang tua merasa bahwa kebahagiaan anak hanya orang tua yang tau

4. Orang tua menginginkan anaknya tidak terjerumus dalam hal-hal yang melanggar norma

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun