Mohon tunggu...
Adam Afrixal Sinuraya
Adam Afrixal Sinuraya Mohon Tunggu... Administrasi - Seorang Penulis Biasa

Seorang pelajar seumur hidup. Saya ingin berbagi pemikiran dan pengalaman saya lewat berbagai hal. di kompasiana saya ingin belajar menulis lebih lanjut. https://www.adamafrixal.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mempertanyakan Kebiasaan Meludah Sembarangan

13 Juli 2021   06:19 Diperbarui: 13 Juli 2021   06:22 529
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Bagaimana perasaanmu ketika kamu sedang jalan dan melihat orang di depanmu atau di sekitarmu meludah sembarangan? Saya secara pribadi merasa itu bidikan dan tidak bersih atau tidak higienis. Namun apa daya kebiasaan ini sepertinya masih sering saja dilakukan atau dapat terlihat ketika saya keluar ke tempat umum.

Sering Ketika saya berjalan kaki atau sedang menggunakan sepeda motor dan saya melihat jalanan sekeliling saya saya melihat bekas-bekas ludah di jalanan. Hal ini tentunya cukup membuat risih apalagi kalau tidak sengaja terinjak. Air liur pun sebenarnya mengandung kuman dan bakteri yang dapat berpotensi menyebarkan penyakit seperti tuberkulosis, hepatitis, meningitis, gastroentritis, flu, Cytomegalovirus, atau Epstein-Barr.

Mungkin karena lagi masa pandemi, Saya merasa membuang ludah sembarangan lebih tidak sensitif pada situasi umumnya. ditambah lagi ada rasa kuatir karena pengetahuan saya yang terbatas, saya tidak tahu apakah air ludah dapat menyebarkan covid? Yang saya tahu bahwa air liur dapat digunakan dalam pendeteksian covid dan covid menyebar melalui droplet. Saya hanya tahu bahwa liur dapat menyebarkan penyakit, terlepas bisa atau tidak menyebarkan covid-19. masih mau disembur Mbah dukun?

Saya merasa kekuatiran saya cukup wajar mengingat kebiasaan meludah sembarangan  masih saja ada, meskipun saya bersyukur sangat berkurang karena orang-orang memakai masker sekarang. Akan tetapi hal ini membuat saya penasaran tentang kebiasaan meludah di Indonesia dan negara lainnya dan hasil membaca saya cukup menarik.

Beberapa negara seperti Afrika menggunakan kegiatan meludah sebagai tradisi bahkan greetings atau sambutan. Di bagian timur Eropa seperti Romania dan Moldova, udah dianggap cara yang paling efektif untuk mencegah perhatian ghaib dan kutukan.

 Yunani ada budaya dimana kamh meludah sebanyak 3 kali didekat seseorang yang kamu Puji, biasanya cucu atau orang yang kamu cintai.Di India dan Indonesia sendiri tak boleh dilupakan bahwa kegiatan spitting atau meludah tidak hanya dilakukan sembarangan, tapi ada beberapa kebudayaan yang melakukan meludah setelah mengunyah buah atau daun-daunan seperti sirih.  

Terlepas dari segi budaya, meludah sembarangan itu tindakan egois yang membahayakan orang sekitar. Di Singapura meludah sembarangan di tempat umum dapat benda hingga 10 juta rupiah. Saya berharap bahwa mereka yang meludah sembarangan tanpa sadar karena kebiasaan, sekarang minimal memiliki kesadaran untuk menjaga kebersihan.

Kenapa saya bilang tidak sadar? Tidak semua orang tumbuh dan sempat untuk memperhatikan hal kecil seperti membuang ludah secara benar. mama asuh saya dulu juga suka meludah dan diinjak pakai pasir karena mungkin diajarkan seperti itu dulu dan membudaya, bukan karena dia ingin menyebarkan penyakit tapi dia memiliki kebiasaan yang dibentuk dari kecil di lingkungannya.

Meskipun begitu ada banyak perbedaan budaya tentang meludah, kita bisa setuju bahwa meludah sembarangan itu sebenarnya tidak higienis dan berpotensi membahayakan orang sekitar. Oleh karenanya, meludahlah secara bertanggung jawab, meludah di toilet atau kamar mandi serta disiram, bisa juga dilakukan di air mengalir, atau minimal menggunakan tisu dan membuangnya ke tempat sampah.

Semoga pandemi ini menjadi awal Kesadaran kita akan pentingnya hidup bersih dan sehat. Marilah kita mulai perubahan ini dengan hal yang sederhana yakni meludah secara bertanggung jawab. Saya berharap kita semua diberkahi kesehatan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun