“Jangan sekarang jangan sekarang, nak. Suasana tak mendukungmu hidup. Kamu akan tersiksa.” Desisnya.
Darahnya terus keluar seiring langkah kakinya semakin cepat. Ia lari terbirit birit, jatuh bangun sambil memegang perutnya. Napasnya sudah terengah engah. Tenaganya pun sudah terkuras habis, tidak kuat lagi untuk melangkah lebih jauh. Dia jatuh duduk bersimpu, meletakkan senjata pertahanannya di samping telinga. Merentangkan tangan lalu menyelonjorkan kakinya. Dibuka olehnya lebar lebar, semampu yang ia bisa. Berharap tiada seorang pun yang mengganggunya. Di atas sebuah kresek merah hidupnya dipertaruhkan. Lebih tepatnya di atas medan pertarungan masih mempertaruhkan nyawa lagi.
Door!!! Tubuhnya terjatuh lemah, darahnya mengalir semakin deras. Jari jari lembutnya tak terasa lagi.
“Hanya Tuhan yang bisa menolongmu. Maafkan…” Ucapan wanita itu belum selesai. Namun sepertinya kata kata itu menjadi yang terakhir dan yang terdengar sebelum suara itu menghilang.