Temukan juga kebesaran Tuhanmu dalam setiap detik detak jantungmu, kembang kempis paru-parumu, aliran darahmu, disiplin pertumbuhan rambut, kuku, gigi, alis, keserasian panjang tangan dan kakimu, kemesraan kedip matamu.Â
Atas semua mekanisme itu tidak pernah satu detik pun oleh Tuhan engkau diperintah untuk mengatur gerak pertumbuhannya. Menata distribusi aliran darahnya. Membagi jatah suplai vitamin dan energi. Engkau hanya tahu jadi dan terima beres.
Allahu Akbar...
Atas semua anugerah kenikmatan yang tertanam secara laten dalam dirimu, atas bekerjanya mekanisme sunnatullah yang mengiringi nafas hidupmu, sudahkah engkau meminta maaf kepada jantung, paru-paru, darah, daging, kulit atas ketidakseimbangan yang engkau perlakukan kepada mereka?
Sudahkah engkau menyampaikan maaf kepada lidah, tenggorokan, perut, lambung, usus, ginjal atas kecerobohan menumpuk kolesterol demi menuruti nafsu makan enak yang mengakibatkan  kinerja jantung dan onderdil lainnya dalam badanmu terganggu?
Allahu Akbar...
Betapa rumit sekadar untuk meminta maaf. Betapa banyak pihak dan makhluk ciptaan Tuhan yang tersakiti hatinya akibat ketidakseimbanganmu menjalani dan mengelola hidup. Belum lagi disebut kesalahan kepada tanah, udara, air, api, sungai, hutan, laut, langit, batu. Kezaliman ini bertumpuk-tumpuk tak terhitung banyaknya.
Semua dosa kesalahan itu larut di samudera ampunan-Nya. Tanggal di kebesaran Kasih Sayang-Nya. Namun, Tuhan mungkin akan "kecewa" kalau usai Idul Fitri engkau masih melanjutkan penindasan, pembodohan, penghinaan kepada martabat dan harga diri manusia, dalam skala kecil ataupun besar, personal maupun sistemik.
Aku berlindung dan memohon ampun kepada Allah Swt. Jangan sampai aku merasa hebat, jumawa, takabur di hadapan makhluk-Mu demi mempertahankan sikap lalim seraya mengatasnamakan kebenaran yang Engkau pinjamkan kepadaku, bisik kawan saya dalam doa di tengah malam.
Allahu Akbar... []
Jagalan, 1 Syawal 1440 H