Mohon tunggu...
Sri Wintala Achmad
Sri Wintala Achmad Mohon Tunggu... Penulis - Biografi Sri Wintala Achmad

SRI WINTALA ACHMAD menulis puisi, cerpen, novel, filsafat dan budaya Jawa, serta sejarah. Karya-karya sastranya dimuat di media masa lokal, nasional, Malaysia, dan Australia; serta diterbitkan dalam berbagai antologi di tingkat daerah dan nasional. Nama kesastrawannya dicatat dalam "Buku Pintar Sastra Indonesia", susunan Pamusuk Eneste (Penerbit Kompas, 2001) dan "Apa dan Siapa Penyair Indonesia" (Yayasan Hari Puisi Indonesia, 2017). Profil kesastrawanannya dicatat dalam buku: Ngelmu Iku Kelakone Kanthi Laku (Balai Bahasa Yogyakarta, 2016); Jajah Desa Milang Kori (Balai Bahasa Yogyakarta, 2017); Menepis Sunyi Menyibak Batas (Balai Bahasa Jawa Tengah, 2018). Sebagai koordinator divisi sastra, Dewan Kesenian Cilacap periode 2017-2019.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

"Serat Wulangreh", Ajaran Pakubuwana IV pada Pemuda

22 Maret 2018   04:16 Diperbarui: 22 Maret 2018   04:25 5925
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

SRI Susuhunan Pakubuwana IV (R.M. Subadya) merupakan penguasa Kasunanan Surakarta ke-3. Pakubuwana IV yang menjadi raja dari tahun 1788 hingga 1820 tersebut memiliki perhatian terhadap kesusastraan Jawa.

Serat Wulangreh merupakan bukti yang tidak dapat diingkari bahwa Pakubuwana IV tidak hanya memperhatikan terhadap perkembangan kesusastraan Jawa di wilayah Surakarta, namun pula mencipta karya yang mengandung ajaran luhur.

Melalui Serat Wulangreh, khususnya pupuh Kinanthi pada 1-16, Pakubuwana IV memberikan ajaran luhur kepada setiap anak muda. Generasi emas yang harus setia berjalan sepanjang jalan keluhuran dan memiliki jiwa yang sentosa. Jiwa yang suka melakukan prihatin, sebagaimana dilakukan oleh para leluhurnya.

Kandungan Serat Wulangreh

KALAH diperhatikan dengan seksama, pupuh Kinanthi pada 1-16 di dalam Serat Wulangreh karya Pakubuwana IV mengandung ajaran luhur yang terbagi menjadi enam bagian, yaitu: pertama, para pemuda jangan hanya suka makan dan tidur. 

Artinya, para pemuda harus giat melaksanakan tapa ngrame atau bekerja (berkarya) di alam nyata. Dengan bekerja atau berkarya, para pemuda bisa memaknai hidupnya. Hidup bukan sekadar hidup, namun hidup yang benar-benar hidup. Hidup yang dapat berguna kepada sesama dan diri sendiri. Berguna bagi bangsa dan negara.   

Kedua, para pemuda jangan memiliki sifat ragu. Karena sifat ragu dapat menyebabkan jiwa tidak sentosa (rapuh). Akibatnya apa yang dicita-citakan oleh para pemuda mustahil akan bisa dicapai. Sebab itu, para pemuda harus memiliki keyakinan. Karena keyakinan yang terbentuk dari kristalisasi cipta, rasa, dan karsa itu merupakan sarana terwujudnya cita-cita.

Ketiga, para pemuda jangan terlampau bersuka-cita ketika sedang mendapatkan anugerah dari Tuhan dan jangan sombong ketika sedang mendapatkan derajad-pangkat yang tinggi. Karena kegembiraan yang melampaui batas dan sifat suka menyombongkan diri bisa menyebabkan kurangnya kewaspadaan batin. Akibatnya para pemuda bisa terjerumus ke dasar jurang kesengsaraan.

Keempat, para pemuda harus rajin mencari ilmu-pengetahuan. Dengan ilmu-pengetahuan, para pemuda akan memiliki sifat tanaman padi yang merunduk ketika bernas buahnya, serta sifat lubuk yang tidak beriak karena dalam airnya. Dengan sifat itu, para pemuda akan menjadi kebanggan masyarakat. Dicintai dan diteladani oleh orang lain. Jauh dari kejahatan musuh. Dekat dengan sahabat, rezeki, dan anugerah dari Tuhan. 

Kelima, para pemuda jangan dekat dengan orang-orang jahat, sekalipun mereka memiliki derajad dan pangkat yang tinggi. Namun dekatlah dan bergurulah pada orang-orang yang memiliki budi pekerti luhur, sekalipun mereka berasal dari kalangan sudra yang tampak sahaja. Dengan cara demikian, para pemuda akan dekat dengan perbuatan mulia dan jauh dari perbuatan jahat. Perbuatan setan dan iblis yang akan merugikan orang lain.

Keenam, para pemuda harus suka berguru kepada orang tua. Artinya, orang tua di sini bukan orang yang sekadar berusia uzur, namun seseorang yang memiliki pandangan luas dan kearifan. Sekalipun orang itu masih terbilang muda, namun kalau memiliki pandangan luas dan kearifan layak dijadikan guru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun