Mohon tunggu...
Sri Wintala Achmad
Sri Wintala Achmad Mohon Tunggu... Penulis - Biografi Sri Wintala Achmad

SRI WINTALA ACHMAD menulis puisi, cerpen, novel, filsafat dan budaya Jawa, serta sejarah. Karya-karya sastranya dimuat di media masa lokal, nasional, Malaysia, dan Australia; serta diterbitkan dalam berbagai antologi di tingkat daerah dan nasional. Nama kesastrawannya dicatat dalam "Buku Pintar Sastra Indonesia", susunan Pamusuk Eneste (Penerbit Kompas, 2001) dan "Apa dan Siapa Penyair Indonesia" (Yayasan Hari Puisi Indonesia, 2017). Profil kesastrawanannya dicatat dalam buku: Ngelmu Iku Kelakone Kanthi Laku (Balai Bahasa Yogyakarta, 2016); Jajah Desa Milang Kori (Balai Bahasa Yogyakarta, 2017); Menepis Sunyi Menyibak Batas (Balai Bahasa Jawa Tengah, 2018). Sebagai koordinator divisi sastra, Dewan Kesenian Cilacap periode 2017-2019.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi| Tentang Pencuri Hati Tuhan yang Tertangkap

6 Maret 2018   14:33 Diperbarui: 6 Maret 2018   15:19 992
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://idojosdas.hu

Seorang pencuri menerobos masuk ke rumah lewat pintu yang lupa dikunci pemiliknya. Ia tak ubah kau, yang setiap tengah malam mencuri hati Tuhan dengan takbir. Hingga kau tak pernah membela diri di ruang pengadilan, ketika Tuhan akan menjatuhkan hukuman. Memenjarakanmu ke dalam surga-Nya.

Kaulah pencuri yang selalu memahkotai jiwa dengan cahaya Tuhan. Hingga kegelapan malam kautangkap sebagai rahmat-Nya. Bukan keterangbenderangan siang yang terkadang gemar melengkungkan bianglala seusai gerimis: perangkap paling sempurna untuk menjadikanmu sebagai tawanan di negeri para iblis.

Sebelum datang fajar, kau pencuri yang telah menemukan jalan kembali. Jalan yang membentang di antara gelap dan terang serupa lingkaran yin-yang. Jalan yang menyerupai shirat. Menuju rumah singgah terakhir. Dimana, kau akan menghabiskan waktu buat bercengkerama dan bersulang dengan Tuhan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun