Mohon tunggu...
ACHMAD BAIHAQI
ACHMAD BAIHAQI Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penyuluh Pertanian Dinas Pertanian Perikanan Dan Pangan Kab. Semarang

hobi travelling, aktivitas penyuluh dan usaha, konten yang diminati tentang pertanian

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Making Indonesia 4.0

29 Oktober 2022   16:18 Diperbarui: 29 Oktober 2022   16:26 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

HAMBATAN DAN POTENSI PENERAPAN SMART FARMING 4.0

Hambatan Smart Farming

Pada tahun 2020, angkatan kerja produktif yang bekerja di sector pertanian sebanyak 28,68%, sedangkan yang bekerja di sector non pertanian sebanyak 71,32% dari sekitar 128.454.184 angkatan kerja dan  9.767754 pengangguran, bahkan pada tahun 2063 tidak ada yang bekerja di sector pertanian karena lebih menyukai bekerja di sector jasa (Bappenas). Kondisi pertanian menghadapi permasalahan yaitu :

  • Penuaan petani dan kurangnya regenerasi SDM pertanian (Aging Farmer)
  • Rendahnya pendidikan petani dimana rata-rata berpendidikan sekolah dasar
  • Dilakukan secara tradisional (teknologi  konvensional)
  • Penangan hilirisasi yang belum optimal
  • Diekspor dalam bentuk mentah (bahan baku) dan curah sehingga nilai tambah benefitnya kecil
  • Nilai TFP indonesia hanya 1% masih jauh di bawah negara di kawasan Asia yang sudah mencapai 14–35%.

Karenanya menurut Simarmata (2019) Indonesia harus segera melakukan percepatan dan transformasi teknologi dari natural resources agriculture ke agriculture based on smart farming technology. Menurut Anwarudin et al. (2020), Beberapa poin yang menjadi faktor untuk menarik generasi muda kembali ke sektor pertanian adalah :

  • Korporasi petani dapat membuka peluang tersedianya lahan yang layak secara ekonomi
  • Korporasi petani memerlukan spesialisasi kemampuan, sehingga menarik generasi muda yang terdidik serta berlatar belakang pertanian untuk mengisi posisi sesuai spesialisasi keahliannya,
  • Korporasi petani menggunakan alat pertanian modern
  • Korporasi petani dibentuk menjadi kelembagaan petani yang profesional dan modern

Regenerasi Petani

Secara konkrit, dalam rangka regenerasi petani, langkah pemerintah adalah :

  • Penerapan kurikulum pertanian dan lingkungan dengan
  • Beasiswa di sekolah-sekolah tinggi lingkup pertanian (politeknik pembangunan pertanian dan politeknik enjinering pertanian)
  • Perbaikan sarana dan prasarana belajar mengajar dan sdm pengajarnya
  • Penerapan kurikulum pertanian dan lingkungan dengan 
  • Beasiswa di sekolah-sekolah tinggi lingkup pertanian (politeknik pembangunan pertanian dan politeknik enjinering pertanian)
  • Perbaikan sarana dan prasarana belajar mengajar dan sdm pengajarnya


Mengubah Perilaku dan Persepsi Petani  terhadap Inovasi Smart Farming 4.0

Pengembangan sumber daya manusia merupakan faktor kunci dalam mengembangkan smart farming. Mendorong petani mengadopsi teknologi digital dan perangkat seluler dalam praktik pertanian perlu dijadikan prioritas kebijakan. Selain petani, penyuluh pertanian sebagai garda terdepan yang menghadapi petani dapat memberikan pengaruh dalam membantu petani untuk pengambilan keputusan operasional dan strategis. Oleh karena itu penyuluh juga membutuhkan pelatihan dan perlu mendapat prioritas. Faktor yang mempengaruhi adaptasi teknologi Smart Farming

  • Usia, 
  • Pengalaman bertani,
  • Pendidikan formal,
  • Luas lahan,

REKOMENDASI KEBIJAKAN MENDUKUNG PENGEMBANGAN SMART FARMING 4.0

Pembangunan pertanian modern merupakan langkah strategis mewujudkan pembangunan pertanian berkelanjutan dan merupakan suatu rangkaian panjang dari perubahan atau peningkatan        kapasitas,kualitas, profesionalitas, dan produktivitas tenaga kerja pertanian. 

Untuk mempercepat modernisasi pertanian, peningkatan produktivitas dan nilai tambah ekonomi diperlukan paradigma baru yang dikaitkan dengan pemanfaatan informasi melalui pembangunan pertanian berbasis koperasi yang profesional berbasis teknologi komunikasi dan informasi.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun