Mohon tunggu...
ACHMAD BAIHAQI
ACHMAD BAIHAQI Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penyuluh Pertanian Dinas Pertanian Perikanan Dan Pangan Kab. Semarang

hobi travelling, aktivitas penyuluh dan usaha, konten yang diminati tentang pertanian

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Making Indonesia 4.0

29 Oktober 2022   16:18 Diperbarui: 29 Oktober 2022   16:26 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

“MAKING INDONESIA 4.0”

Achmad Baihaqi, STP.

UKSW Salatiga

 

 

PENDAHULUAN


Pertumbuhan penduduk Indonesia mengalami peningkatan yang sangat pesat, Dirjen Dukcapil Zudan Arif Fakrulloh menyebutkan, pada 30 Juni 2022 atau Semester I 2022 jumlah penduduk Indonesia tercatat sebanyak 275.361.267 jiwa. Dalam waktu selama 6 bulan ini terdapat kenaikan jumlah penduduk sebanyak 1.481.517 jiwa (0,54%).

Seiring dengan hal tersebut, maka sector pertanian berperan penting dalam memenuhi kebutuhan pangan bagi seluruh warga Negara Indonesia, dengan terus meningkatkan produksi dan produktivitas pertanian, agar tidak terjadi krisis pangan.

Presiden Joko Widodo mencanangkan bahwa Indonesia telah memasuki era Teknologi 4.0 yang mendasari seluruh sector pembangunan tidak terkecuali bidang pertanian yang juga dituntut melakukan revolusi pertanian 4.0 seperti misalnya internet of things, artificial intelligence, human- machine interface, teknologi robotik dan sensor serta teknologi 3D printing yang mendorong berkembangnya inovasi pertanian selain juga meningkatnya penggunaan informasi dan teknologi komunikasi di bidang pertanian. 

Mesin autonomous (tanpa awak) dengan menggunakan robot dikembangkan dalam rangka mensiasati keterbatasan SDM Pertanian dan menciptakan pertanian yang Presisi. mesin tanpa awak di udara (Drone) dilengkapi kamera dapat menghitung pertumbuhan biomassa dan menetapkan status hara pada lahan dan rekomendasi pemupukan. 

Drone juga mampu mendeteksi berbagai jenis penyakit tanaman berdasarkan penampakan fisiologis sekaligus pengaplikasian pestisida secara tepat dan efisien. Beberapa terobosan tersebut merupakan bentuk implementasi dari Smart Farming

Smart farming adalah sebuah metode pertanian cerdas berbasis teknologi yang menggunakan Artificial Intelligence (AI) untuk memudahkan petani melakukan pekerjaan (MSMB 2018).  Demikian pula menurut Popa (2011), bahwa kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) dan  robot akan mampu melaksanakan berbagai tugas di bidang pertanian lebih cepat dengan presisi jauh lebih baik dibandingkan dengan manusia. 

Smart farming 4.0 memberikan peluang bagi peningkatkan kesejahteraan petani dan berkontribusi terhadap keberlanjutan pertanian.

inovasi smart farming merupakan transformasi pertanian dari sistem konvensional menjadi pertanian modern, penggunaan citra data satelit berfungsi meningkatkan produktivitas sekaligus mengantisipasi terjadinya bencana. 

Aplikasi drone untuk menanam, drone untuk pemupukan dan penyemprotan pestisida, autonomous traktor (traktor otomatis), adalah contoh pertanian presisi dimana ketepatan penggunaan sumber daya dalam sistem produksi pertanian ditengah keterbatasan SDM bisa di atasi dengan menggunakan big data, machine learning, robotika dan internet of things serta meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi pertanian Indonesia.

Pencanangan “Making Indonesia 4.0” menjadi pintu gerbang keterbukaan era teknologi untuk meningkatkan daya saing sekaligus mempersiapkan Indonesia memasuki revolusi industri ke-4, meskipun banyak kendala yang dihadapi khususnya kesiapan SDM yang mempuni, baik kuantitas maupun kualitasnya. pelaku utama pembangunan pertanian berjumlah 35.003.156 orang, dengan latar belakang tingkat pendidikan dasar sebanyak 84,22%, pendidikan menengah 14,03%, dan pendidikan tinggi 1,76%. Sebagian besar pelaku utama yang bekerja di sector pertanian berusia 50 tahun ke atas.(BPS,2020).

TEKNOLOGI SMART FARMING 4.0

2.1. Teknologi Blockchain 

Teknologi blockchain adalah teknologi yang dapat mendukung efisiensi dan transparansi. Teknologi ini mulai digunakan di sektor pertanian, manfaat yang dapat diperoleh melalui  Teknologi blockchain diantaranya :

Meramalkan perubahan dunia yang  sangat cepat.

Mengurangi inefisiensi sekaligus menghemat waktu dan energi.

Meminimalisir ketidaksamaan data dan informasi terkait dengan kapasitas, pasar dan pembiayaan bagi seluruh pelaku pertanian.

Mendekatkan petani dengan konsumen, menciptakan sinergi erat antara petani, pengusaha pertanian dan konsumen

Menjamin transparansi dan traceability (ketelusuran) aliran produk pertanian mulai dari hulu sampai hilir sehingga para pelaku pertanian dapat saling mengontrol.

Menjadi lebih setara agar dapat membangun kepercayaan antar stakeholder (bptp kaltim 2020).

Menyederhanakan pengiriman logistik hasil pertanian.

Memonitor pertumbuhan tanaman, menghasilkan tanaman yang berkualitas lebih baik dan memberikan informasi terpercaya di tangan petani,

2,2, Drone

Agri drone Dapat digunakan untuk pengendalian Organisasi Pengganggu Tanaman (OPT) dengan lebih tepat dan menghindari penggunaan pupuk dan pestisida yang berlebihan. Drone dapat bekerja sesuai pola yang dibuat menggunakan perangkat android dan dipandu dengan GPS. 

Menurut penelitian BBP Mektan (2019), Drone Mampu mengangkut hingga 20 liter, dapat menyemprot lahan seluas 1 hektare dalam waktu 10 menit (kecepatan semprot 3 km/jam) dengan ketinggian 1,5–2 meter dari permukaan tanah, lebar kerja 4 meter sehingga menghasilkan kapasitas kerja 1,2 ha/jam (0,83 jam/ha).

Drone atau Unmanned Aerial Vehicle (UAV) juga dimanfaatkan dalam bidang pemetaan dengan pemotretan udara menggunakan teknologi GIS. Misal pemetaan lahan perkebunan, pemetaan lahan sawah, perhitungan pohon sawit, pemetaan areal proyek, pemetaan pemukiman atau perkotaan dengan menggunakan drone. 

Kelebihan drone untuk pemetaan adalah untuk mendapatkan gambaran citra kenampakan terbaru, low cost untuk pemetaan area kecil dibanding citra resolusi tinggi, efisien dalam waktu karena pemotretan dapat langsung dilihat hasilnya.

2.3. Sensor Tanah dan Cuaca (soil and weather sensor)

soil and weather sensor RiTx merupakan alat yang sangat membantu petani dalam melakukan pemantauan terhadap tanaman yang dibudidayakan, Alat ini mampu mendeteksi kondisi tanah yaitu : suhu, kelembapan tanah, tingkat keasaman (pH) tanah, Electrical Conductivity (EC) tanah, dan juga kondisi cuaca seperti : kelembaban relatif udara, suhu udara, kecepatan dan arah angin, serta curah hujan. 

Sensor memiliki kemampuan mendeteksi, mengukur, serta mencatat data secara akurat dan dapat dikontrol melalui aplikasi secara real time menggunakan smartphone. Jika terjadi anomali pada lahan petani akan mendapat peringatan dini dan rekomendasi agar tidak terjadi kerusakan terhadap lahan dan tanaman. penggunaan teknologi ini mampu menekan resiko kerusakan tanaman akibat pengaruh lingkungan tanah dan cuaca yang tidak baik bagi pertumbuhan tanaman.

2.4. Sistem Irigasi Cerdas

sistem irigasi cerdas (smart irrigation) yaitu sistem penyiraman otomatis berdasarkan data di atas nilai ambang batas pembacaan sensor kadar lengas tanah. sistem irigasi cerdas memiliki fitur penyiraman jarak jauh secara otomatis yang dapat dikendalikan meski pengguna sedang berada di lokasi yang berbeda. Selain penyiraman system ini juga dapat digunakan untuk pengaplikasian pupuk melalui pendeteksi kesuburan dan pertumbuhan tanaman

2.5. Siscrop (Sistem Informasi) 1.0

Siscrop 1.0 adalah sistem yang dapat memberikan informasi mengenai kondisi faktual tanaman padi dan tanaman lainnya berbasis penginderaan jarak jauh dan bisa digunakan untuk memonitor luas tanam, luas panen, produktivitas, dan indeks pertanaman secara real time. 

Informasi Siscrop digunakan untuk mengantisipasi dan tindakan sesuai kondisi tanaman khususnya oleh pengambil kebijakan, misalnya menentukan jumlah dan distribusi pupuk, bibit, pestisida dan air. Siscrop 1.0 membantu para pemangku kebijakan untuk :

  • melakukan efisiensi pupuk, pestisida dan air,
  • membantu petani untuk menentukan jenis tanaman yang paling tepat untuk ditanam pada wilayah tertentu karena bisa diinformasikan secara spasial,
  • mobilisasi alsintan,
  • membantu pemerintah untuk identifikasi wilayah yang surplus sehingga bisa membantu wilayah yang minus

2.6. Agriculture War Room

Kementerian Pertanian mengembangkan system pemantauan secara terpusat sekaligus sebagai ruang kontrol pelaksanaan pembangunan pertanian yang dinamakan Agricultur War Room (AWR). AWR dijadikan sebagai pusat komando strategis pembangunan pertanian dalam menggerakkan seluruh stakeholder pertanian. 

Beberapa kegiatan yang dipantau melalui AWR misalnya : pengawasan dan pengendalian serangan hama, memantau penyebaran benih dan bibit unggul, alat komunikasi langsung antara pemerintah dan petani dengan sensor data hasil produksi pertanian. 

Hal ini dilakukan dalam rangka menciptakan ketersediaan data pertanian yang dapat diandalkan sesuai dengan kondisi yang terjadi di lapangan sehingga dapat digunakan dalam menyusun program, kebijakan, dan pencapaian target pembangunan pertanian di masa depan.

2.7. Teknologi Informasi Pada Bidang Pertanian Dengan Konsep "Sawah Digital"

Penelitian yang dilakukan Arif Habib Fasya, 2016 memperkenalkan Konsep Sawah Digital, Berikut ini merupakan cara pengoperasian website aplikasi SAWAH DIGITAL yaitu Pertama membuka alamat website www.sawahdigital.com. Kemudian mengaktifkan Aplikasi untuk masuk ke dalam aplikasi Sawah digital, masukkan username : master serta password. 

Dalam hal ini master memiliki hak akses secara penuh untuk mengontrol semua kegiatan yang ada dalam website aplikasi sawah digital. Modul dari web dan aplikasi sawah dital ini adalah master, laporan, pelaporan dan konsultasi

Aplikasi ini dibuat untuk menjembatai komunikasi antar petani, komunikasi petani dengan penyuluh atau Dinas terkait dan komunikasi dengan berbagai pihak yang dapat membantu penyelesaian masalah yang dihadapi, seperti : Permasalahan kelangkaan pupuk, ketersediaan benih unggul, penanganan hama, irigasi disaat musim kemarau, dan sebagainya

KORPORASI PETANI DAN FOOD ESTATE

Pedoman Pengembangan Kawasan Pertanian Berbasis Korporasi Petani meliputi

1. Peningkatan produksi, produktivitas, nilai tambah dan daya saing komoditas prioritas pertanian nasional,

2. Tersedianya dukungan prasarana dan sarana pertanian di kawasan pertanian,

3. Aplikasi pengetahuan, keterampilan dan kewirausahaan petani dalam mengelola kelembagaan ekonomi petani,

4. Berfungsinya sistem usaha tani secara utuh, efektif dan efisien.

Food estate bertujuan untuk mewujudkan kemandirian pangan sebagai bagian dari sistem pertahanan Negara, dengan komoditas utama yang dikembangkan yaitu tanaman pokok seperti singkong dan jagung berbasis ekonomi modern. Program pengembangan korporasi petani mencakup:

  • Peningkatan kapasitas produksi;
  • Pengembangan kapasitas sdm, kelembagaan, dan usaha;
  • Pendampingan teknologi;
  • Pengembangan industri hilir dan pemasaran;
  • Pengembangan diversifikasi usaha; dan
  • Pengembangan promosi usaha dan networking bisnis.

HAMBATAN DAN POTENSI PENERAPAN SMART FARMING 4.0

Hambatan Smart Farming

Pada tahun 2020, angkatan kerja produktif yang bekerja di sector pertanian sebanyak 28,68%, sedangkan yang bekerja di sector non pertanian sebanyak 71,32% dari sekitar 128.454.184 angkatan kerja dan  9.767754 pengangguran, bahkan pada tahun 2063 tidak ada yang bekerja di sector pertanian karena lebih menyukai bekerja di sector jasa (Bappenas). Kondisi pertanian menghadapi permasalahan yaitu :

  • Penuaan petani dan kurangnya regenerasi SDM pertanian (Aging Farmer)
  • Rendahnya pendidikan petani dimana rata-rata berpendidikan sekolah dasar
  • Dilakukan secara tradisional (teknologi  konvensional)
  • Penangan hilirisasi yang belum optimal
  • Diekspor dalam bentuk mentah (bahan baku) dan curah sehingga nilai tambah benefitnya kecil
  • Nilai TFP indonesia hanya 1% masih jauh di bawah negara di kawasan Asia yang sudah mencapai 14–35%.

Karenanya menurut Simarmata (2019) Indonesia harus segera melakukan percepatan dan transformasi teknologi dari natural resources agriculture ke agriculture based on smart farming technology. Menurut Anwarudin et al. (2020), Beberapa poin yang menjadi faktor untuk menarik generasi muda kembali ke sektor pertanian adalah :

  • Korporasi petani dapat membuka peluang tersedianya lahan yang layak secara ekonomi
  • Korporasi petani memerlukan spesialisasi kemampuan, sehingga menarik generasi muda yang terdidik serta berlatar belakang pertanian untuk mengisi posisi sesuai spesialisasi keahliannya,
  • Korporasi petani menggunakan alat pertanian modern
  • Korporasi petani dibentuk menjadi kelembagaan petani yang profesional dan modern

Regenerasi Petani

Secara konkrit, dalam rangka regenerasi petani, langkah pemerintah adalah :

  • Penerapan kurikulum pertanian dan lingkungan dengan
  • Beasiswa di sekolah-sekolah tinggi lingkup pertanian (politeknik pembangunan pertanian dan politeknik enjinering pertanian)
  • Perbaikan sarana dan prasarana belajar mengajar dan sdm pengajarnya
  • Penerapan kurikulum pertanian dan lingkungan dengan 
  • Beasiswa di sekolah-sekolah tinggi lingkup pertanian (politeknik pembangunan pertanian dan politeknik enjinering pertanian)
  • Perbaikan sarana dan prasarana belajar mengajar dan sdm pengajarnya

Mengubah Perilaku dan Persepsi Petani  terhadap Inovasi Smart Farming 4.0

Pengembangan sumber daya manusia merupakan faktor kunci dalam mengembangkan smart farming. Mendorong petani mengadopsi teknologi digital dan perangkat seluler dalam praktik pertanian perlu dijadikan prioritas kebijakan. Selain petani, penyuluh pertanian sebagai garda terdepan yang menghadapi petani dapat memberikan pengaruh dalam membantu petani untuk pengambilan keputusan operasional dan strategis. Oleh karena itu penyuluh juga membutuhkan pelatihan dan perlu mendapat prioritas. Faktor yang mempengaruhi adaptasi teknologi Smart Farming

  • Usia, 
  • Pengalaman bertani,
  • Pendidikan formal,
  • Luas lahan,

REKOMENDASI KEBIJAKAN MENDUKUNG PENGEMBANGAN SMART FARMING 4.0

Pembangunan pertanian modern merupakan langkah strategis mewujudkan pembangunan pertanian berkelanjutan dan merupakan suatu rangkaian panjang dari perubahan atau peningkatan        kapasitas,kualitas, profesionalitas, dan produktivitas tenaga kerja pertanian. 

Untuk mempercepat modernisasi pertanian, peningkatan produktivitas dan nilai tambah ekonomi diperlukan paradigma baru yang dikaitkan dengan pemanfaatan informasi melalui pembangunan pertanian berbasis koperasi yang profesional berbasis teknologi komunikasi dan informasi.  

Modernisasi pertanian tidak boleh menimbulkan kerusakan-kerusakan struktur tanah, polusi air, pencemaran lingkungan akibat penggunaan pupuk dan pestisida, serta penggunaan alsintan yang tidak ramah lingkungan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun