Saya mulai memahami bahwa spiritualitas kadang justru tumbuh dalam keheningan. Dalam perenungan. Dalam kesunyian malam ketika dunia terlelap dan hanya ada saya dan Tuhan. Tidak ada debat. Tidak ada adu argumen. Hanya ada rasa.
Bertuhan dalam ketenangan bukan berarti pasif. Tapi lebih pada mengenal Tuhan tanpa gaduh. Tidak merasa perlu membuktikan apa-apa ke orang lain. Karena hubungan saya dengan Tuhan adalah urusan yang sangat pribadi. Tidak untuk dipamerkan, tidak untuk dihakimi.
Ibadah Tak Berakhir di Sajadah
Pelan-pelan saya belajar bahwa ibadah tidak berhenti setelah salam. Justru baru dimulai. Bagaimana saya memperlakukan orang lain, bagaimana saya menjaga lisan, bagaimana saya memilih jujur meski sulit---semua itu adalah bentuk ibadah juga.
Saya tidak ingin menjadi orang yang rajin ibadah ritual tapi lupa ibadah sosial. Saya ingin iman saya terasa di sikap, bukan hanya di sajadah. Karena agama bukan hanya soal hubungan dengan Tuhan, tapi juga hubungan dengan sesama.
Dan pada akhirnya, saya ingin agama membuat saya menjadi manusia yang lebih baik. Lebih lembut, lebih rendah hati, lebih penuh kasih. Karena bagi saya, itu inti dari segala ajaran: menjadi manusia seutuhnya, dengan cinta yang melimpah ke mana-mana.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI