Mohon tunggu...
Asri Pandanwangi
Asri Pandanwangi Mohon Tunggu... -

perempuan biasa saja, penyuka tenis, air, laga bola "big match", bacaan, humor, dan Barbra Streisand...

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

"Saga no Gabai Bachan". Ketika Kemiskinan Disikapi Riang & Jenaka.

11 November 2012   05:40 Diperbarui: 24 Juni 2015   21:38 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13526137461719884301

Jika kemiskinan atau bentuk kesempitan apa pun harus selalu diidentikkan dengan kesedihan, kemurungan, keputus-asaan, maka kisah tentang Nenek hebat dari Saga (Saga no Gabai Bachan) ini menyodorkan perspektif lain.

Lewat kisah ini pula kita diajak mengenal kehidupan lewat kacamata orang Jepang yang ternyata  amat Islami. Banyak nilai-nilai moral dikupas di sini tanpa kita merasa digurui. Dan, tentu saja banyak kisah yang begitu menyentuh hati, kita diajak menyelami bagaimana menjalankan hidup dalam keadaan sempit dengan tetap selalu ceria. Di era konsumerisme yang terasa makin kental sekarang ini, rasanya kisah nyata tentang seorang bocah dan neneknya di Saga ini memberi angin segar. Kita diajak merenungkan kembali kehidupan yang terlalu materialistis. Di setiap bab-nya kita selalu diajak mengenal bagaimana rasanya hidup dalam kemiskinan, sekaligus cara menyikapinya dengan cara yang unik, menggetarkan hati, penuh haru, tapi juga membuat kita menyunggingkan senyum. Pada saat hendak menamatkan bab terakhir, rasanya tenggorokan ini seakan tercekat, keharuan kembali menyusup  tatkala (pada akhirnya) Si Cucu harus berpisah dengan Si Nenek hebat itu. Di setiap kisah tentang Si Cucu ini (yang tak lain merupakan kisah nyata dari penulisnya sendiri, Yoshichi Shimada), dengan serta merta kita juga diperkenalkan pada kisah Si Nenek hebat itu. Hingga makin banyak dibaca terus, makin kita merasa mengenal dekat Si Nenek.  Nggak heran jika pada saat kisah hendak berakhir, saat perpisahaan akhirnya harus terjadi, kesedihan begitu mudah dipancing.  Saya seolah-olah mengalaminya sendiri. Seperti apa sih kisah hidup Yoshichi Shimada kecil dengan Neneknya itu?? Jika boleh saya simpulkan, hebat, inspiratif, sekaligus menghibur, bagaimana kemiskinan disikapi mereka (khususnya Sang Nenek) dengan kematangan emosi dan cara berpikir yang unik. Kita perlu belajar dari kisah mereka bukan dari bangku sekolah atau pun buku-buku yang penuh dengan teori membosankan, kaku, dan bagai duduk di menara gading. "Saga no Gabai Bachan" ditulis dengan cara yang mudah dicerna, mengalir, dan dalam makna. Saya tidak akan mengupas lebih detail kisah di buku ini, karena buat saya, selalu ada kejutan menarik di setiap kisah yang dikupas di setiap bab-nya. Jadi, silahkan rasakan dan nikmati sendiri.. :)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun