Ayah
Meski waktu melahap usiamu hingga senja
Semangat selalu menatap hari hari yang dipenuhi hujan dan langit yang telah renta
Waktu dengan sangat kejam merampas bahagia
Satu persatu yang tercinta luruh bersama airmata di atas pusara
Terukir kenangan yang tak mau pergi
Hingga malam malam yang kau lewati selalu sahdu dengan doa dan pinta
Merintih pedih dalam sepi
Sendiri menghitung hari hari
Mengantung tanya di ujung sajadah
Bilakah waktumu tiba
Bibirmu telah kelu merapal harap
Resahmu menggetarkan langit malam
Memohon semesta mengabulkan ingin
Adakah kepingan hari hari bahagia akan terus kau genggamÂ
Meski perih tak mampu kau sembunyikan lewat senyum
Rasa lelah yang sangat menyiksa
Kuharap masih kulihat senyum itu meski getir
Tangan rimpuhmu telaga ridha yang kucari
Selaksa embun yang mengendap menghantarkan sejuk
Biarlah usia melahap pendengaranmu
Memutihkan seluruh rambut di kepalamu
Mengambil sebagian kekuatan yang tersisa
Tetaplah tegar menatap waktu yang akan menjemput
Meski bimbang kadang merayu
Karena aku akan tetap disisimu
Karena senyum teduhmu adalah bahagiaku