Pengalaman-pengalaman ini mengajarkan bahwa bahasa hanyalah pintu. Yang penting adalah apa yang ada di balik pintu itu.
Bahaya Sesat Pikir bagi Kemanusiaan
Sesat pikir tidak hanya berbahaya dalam dakwah, tapi juga dalam kehidupan sosial. Dalam politik, ia melahirkan polarisasi dan kebencian buta. Dalam relasi sosial, ia membuat prasangka menggantikan pemahaman. Dalam ranah agama, sesat pikir melahirkan perpecahan. Tuduhan "sesat, bid'ah, ghuluw" kadang lahir bukan dari kajian mendalam, tetapi dari reaksi cepat terhadap kata. Hasilnya, ukhuwah retak, padahal tujuan dakwah adalah menyatukan. Konsekuensi spiritualnya lebih dalam: hati bisa tertutup dari hikmah. Karena prasangka dan fanatisme kata menutup jalan cahaya.
Jalan Keluar: Adab Berpikir dan Lapang Hati
Solusi sesungguhnya bukan memperbanyak vonis, tapi memperkuat adab berpikir. Menahan diri sebelum berkomentar. Memahami maksud sebelum memberi keputusan. Bahasa harus dipakai sebagai jembatan, bukan tembok. Husnuzhan (prasangka baik) bukan hanya kepada Allah, tetapi juga kepada sesama manusia dalam berdialog. Dengan cara itu, kita tidak terjebak dalam sesat pikir. Kita membuka ruang untuk hikmah.
Keseimbangan: Ruh dari Dialog yang Hidup
Hari ini, saya mengajak diri sendiri dan para pembaca untuk menjaga keseimbangan. Jangan alergi pada istilah, jangan pula tergesa melabeli. Islam adalah agama keluasan. Pegang esensinya. Tauhid adalah ruh. Bahasa hanyalah pakaian. Kita boleh berbeda pakaian, selama hati tetap menghadap kepada Allah Ta.ala.
Hati, Bahasa, dan Hikmah: Menembus Batas Logika
Islam adalah agama hikmah. Allah menilai isi hati, bukan sekadar lafazh. Para ulama salaf sudah memberi teladan: mereka berlapang hati menerima istilah baru selama maknanya benar.
"Jangan biarkan logical fallacy menutup pintu hikmah. Biarkan bahasa menjadi jembatan, bukan tembok. Biarkan diksi menjadi kendaraan, bukan penghalang. Karena pada akhirnya, yang Allah nilai adalah niat di hati dan makna yang kita arahkan kepada-Nya."
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI