“Tatkala dibukakan bagimu pemahaman dalam penolakan, maka penolakan itu pun berubah menjadi pemberian.”
— Ibnu ‘Athoillah As-Sakandari, Al-Hikam —
Doa yang Tak Terkabul dan Jalan Buntu Kehidupan
Pernahkah engkau merasa doamu tak dikabulkan?
Pernahkah engkau berada di persimpangan, berjuang mati-matian, tapi pintu seakan tertutup rapat?
Atau barangkali engkau pernah mengalami jalan buntu yang membuatmu bertanya dalam hati: “Mengapa Tuhan tidak mendengar?”
Bagi banyak orang, kegagalan, penolakan, atau doa yang tak terjawab adalah tanda “tidak layak” atau bahkan “dilupakan Tuhan”. Padahal bisa jadi, di balik semua itu ada anugerah yang sedang menunggu untuk disingkap. Anugerah yang tidak datang dalam bentuk yang kita minta, tetapi dalam bentuk yang kita butuhkan.
Hikmah Sufi: Penolakan sebagai Pemberian
Seperti hujan yang tak turun meski kita mohon, agar bumi belajar menumbuhkan akar yang kuat. Seperti pintu yang tertutup, agar kita berani mencari jendela baru yang menghadap cahaya.
Dalam khazanah hikmah sufi, Ibnu ‘Athoillah As-Sakandari menyingkap rahasia ini dengan kalimat sederhana namun abadi. Beliau menulis dalam Al-Hikam: “Tatkala dibukakan bagimu pemahaman dalam penolakan, maka penolakan itu pun berubah menjadi pemberian.”
Makna ini menyentuh inti pengalaman manusia. Penolakan bukan sekadar kehilangan, tetapi transformasi makna. Apa yang tampak sebagai penghalang, pada hakikatnya adalah jalan lain menuju penyempurnaan. Apa yang kita anggap kekurangan, seringkali justru kelimpahan dalam wujud yang berbeda.
Kebijaksanaan ini menegur cara pandang kita. Kita terbiasa menilai hidup berdasarkan logika keinginan: jika sesuai harapan maka itu “pemberian”, jika tidak maka itu “penolakan”. Padahal bagi para sufi, penolakan hanyalah bentuk lain dari pemberian. Ia bagaikan cermin: mengajak kita melihat bukan apa yang diambil, melainkan apa yang sedang ditumbuhkan.
Sains Modern: Placebo Effect dan Neuroplasticity