Bukan lagi soal tuntutan hak, tapi panggilan etika. Karena apoteker tahu, kalau terus didiamkan, profesi ini akan punah secara perlahan---tersisih dalam diam, digantikan oleh sistem yang tak peduli kualitas.
Ketimpangan Sistemik: Regulasi Tak Seragam
Permasalahan tak berhenti di situ. Regulasi yang seharusnya jadi wasit justru bermain ganda. Di satu sisi, UU dan PP menyebut praktik kefarmasian harus oleh tenaga kefarmasian. Tapi pelaksanaannya? Longgar. Disinyalir banyak apotek dan klinik berjalan tanpa apoteker aktif. Banyak layanan yang sepenuhnya dijalankan oleh tenaga teknis yang tidak kompeten secara hukum untuk itu.
Ketimpangan ini bukan karena aturan tak ada, tapi karena aturan tak ditegakkan. Dan dalam ruang abu-abu itulah, apoteker kehilangan panggungnya.
Saatnya Ganti Formasi: Kolaborasi Bukan Substitusi
Pertandingan ini perlu formasi baru. Apoteker bukan cadangan. Mereka adalah pemain utama yang harus turun jika kita ingin layanan farmasi benar-benar berpihak pada pasien. Tenaga vokasi? Tetap dibutuhkan, tapi sebagai pendamping, bukan pengganti.
Kita butuh sistem yang mengembalikan apoteker ke posisi strategis: melakukan asesmen, memberikan edukasi, dan terlibat dalam pengambilan keputusan terapi. Bukan hanya mengurus stok gudang dan laporan bulanan.
Jangan Tunggu Kartu Merah
Jika dibiarkan, sistem ini akan mencetak lebih banyak gol bunuh diri. Kesalahan terapi, efek samping fatal, dan ketidaktepatan penggunaan obat hanya tinggal menunggu waktu. Dan seperti biasa, saat itu terjadi, apoteker akan diseret ke tengah lapangan---untuk disalahkan, bukan untuk menyelamatkan.
Maka, sebelum kartu merah dikibarkan, sebelum peluit panjang dibunyikan, turunlah ke lapangan. Apoteker bukan hanya nama. Kita adalah profesi yang punya jiwa, tanggung jawab, dan kompetensi. Dan profesi ini hanya akan dihormati jika kita sendiri berani mengambil tempat yang seharusnya kita isi.
"Ketika nama kami cukup untuk membuka apotek, tapi tak cukup untuk diberi ruang praktik---itulah saat profesi hanya jadi formalitas." - apt. Ilham
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI