Mohon tunggu...
Abu Safwan
Abu Safwan Mohon Tunggu... Former Branch Manager

Banking ; Insurance | Suretyship/Guarantee Bank | SCF/Project/Join Financing | Business Risk Management/Assessment | Compliance ; Good Governance | Product Development ; Business Alliances

Selanjutnya

Tutup

Financial

Dari Mitigasi Risiko ke Desain Ekonomi Inklusif: Masa depan Penjaminan Kredit Indonesia

22 Juli 2025   22:45 Diperbarui: 22 Juli 2025   23:05 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Industri penjaminan kredit merupakan salah satu instrumen fundamental dalam memperkuat struktur pembiayaan sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Di banyak negara, sistem penjaminan terbukti mampu mengatasi kegagalan pasar akibat keterbatasan agunan dan tingginya risiko yang dihadapi pelaku UMKM. Keberadaan lembaga penjaminan menciptakan rasa aman bagi lembaga keuangan dalam menyalurkan kredit, sekaligus menjadi instrumen strategis dalam mendorong inklusi keuangan dan penguatan UMKM, yang kerap kali mengalami keterbatasan akses terhadap pembiayaan formal lebih adil dan produktif. Dalam konteks Indonesia, tantangan serupa terjadi secara sistemik, sehingga penguatan infrastruktur penjaminan menjadi isu strategis yang mendesak untuk memastikan kesinambungan dukungan terhadap sektor produktif nasional.

Praktik penjaminan kredit di negara lain dapat menjadi rujukan penting bagi pengembangan industri ini di Indonesia. Jepang, misalnya, melalui Japan Finance Corporation (JFC), telah menunjukkan bagaimana lembaga penjaminan milik negara dapat menjalankan fungsi keuangan berbasis kebijakan (policy-based financing) untuk mendukung pemulihan ekonomi pasca-bencana dan memperkuat daya saing industri domestik. Di sisi lain, Malaysia melalui Credit Guarantee Corporation (CGC) mengadopsi pendekatan transformasional dengan memperluas layanan tidak hanya pada penjaminan, tetapi juga pinjaman langsung, konsultasi bisnis, dan pengelolaan risiko melalui harga yang disesuaikan.

Thailand melalui Small Business Credit Guarantee Corporation (SBCGC) yang kepemilikannya merupakan kolaborasi antara pemerintah dan sektor keuangan menerapkan pendekatan inovatif dalam memperkuat penyaluran kredit kepada industri kecil. SBCGC mengembangkan berbagai skema penjaminan, termasuk skema otomatis dan partisipatif, di mana risiko kredit dibagi antara lembaga penjamin dan institusi keuangan. Model ini meningkatkan kepercayaan bank terhadap nasabah UMKM, sekaligus menekan angka kredit bermasalah. Hal ini menunjukkan bahwa keberhasilan lembaga penjaminan tidak hanya ditentukan oleh kapasitas menjamin, tetapi juga oleh kemampuannya berinovasi dan beradaptasi dengan dinamika ekonomi.

Dengan memperhatikan dinamika dan praktik global, masa depan industri penjaminan kredit menuntut reformasi berkelanjutan—baik dari sisi kelembagaan, inovasi produk, teknologi informasi, maupun kebijakan harga yang berbasis risiko. Industri ini harus mengembangkan sinergi yang lebih kuat dengan lembaga keuangan, otoritas moneter, dan sektor riil agar mampu merespons tantangan ekonomi modern. Sebagai bagian dari sistem keuangan yang lebih luas, penjaminan kredit bukan lagi sekadar instrumen mitigasi risiko, melainkan pilar utama dalam mendesain ekonomi inklusif, resilien, dan berkelanjutan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun