"Biar saja anakmu melihat. Dia tidak akan paham dengan apa yang terjadi."
Aku terduduk bersandar di dinding menyaksikan seluruh kejadian dengan mata telanjang. Tubuhku gemetar. Dada berdebar. Apa yang sesungguhnya sedang mereka lakukan? Cahaya ruangan yang tak sepenuhnya gelap membuat ibu menyadari kehadiranku.
"Anakku terbangun. Hentikan!"
"Biarkan saja. Sudah kepalang tanggung."
Salah seorang dari mereka menghampiri. Tangannya mencengkeram tubuhku dan menekannya ke dinding. Ia mendengus. Aroma busuk menguar dari mulutnya.
"Kau boleh melihat tapi jangan berteriak, anak manis!"
"Jangan kau apa-apakan anakku!"
Lelaki gelap berambut keriting dengan dada dipenuhi bulu serupa celeng besar terkekeh.
"Aku hanya bercanda dengannya."
Tubuhku semakin gemetar. Tanpa disadari ada cairan tiba-tiba merembes. Lelaki serupa celeng itu semakin terkekeh.
"Lihat, anakmu ngompol, Aryati."