Mohon tunggu...
Abror Y Prabowo
Abror Y Prabowo Mohon Tunggu... Wirausaha

Enterpreneur | Digital Marketer | Networker | Writer

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Anakku yang Laki-Laki

15 Februari 2025   22:19 Diperbarui: 15 Februari 2025   22:19 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Anakku yang laki-laki, seandainya kamu tahu, berjalan itu ternyata tidak selalu lurus. Persis pada saat kamu belajar berjalan dulu. Bahkan bila kau mengerti, sampai saat ini pun berjalan selalu tidak pernah bisa tepat lurus. Kata mamamu, kalau lurus terus bisa nabrak.

Tapi tahukah kamu, wahai, Anakku yang laki-laki, sebuah rencana memang bisa digaris begitu lurusnya. Persis seperti saat nanti kamu sudah dewasa dan bepergian sendiri, lalu kamu akan bertanya arah yang mungkin tak kau ketahui pada orang lain. Arah ke Tugu ke mana, Pak? misalnya. Orang itu lalu akan menggariskan keterangannya kurang lebih begini. "Dari jalan ini, Masnya, ikuti saja lurus ke timur. Jangan belok-belok. Pokoknya lurussssss terus. Lurus terus!"

Nah, selurus apakah itu? Padahal kalau kamu lapar terpaksa kamu harus belok dulu, setidaknya untuk cari warung makan. Atau kalau kamu kebelet pipis, terpaksa kamu harus belok cari tempat pipis kalau tidak ingin celanamu basah kena ompol. Ya, improvisasi. Itu intinya! Ternyata berjalan atau menjalankan sebuah rencana selalu membutuhkan improvisasi. Persis seperti berjalan bukan?

Mengertikah kau sekarang apa yang kumaksudkan, wahai, Anakku yang laki-laki? Mulailah sedari sekarang belajar merencanakan apa yang akan kamu lakukan besok. Dan lakukan apa yang sudah kamu rencanakan. Dan ingat, segala improvisasi harus kamu siapkan, agar kamu juga lebih terbiasa dengan omongan orang. Agar kamu bisa sampai di tujuan dengan selamat. Agar kamu bisa lebih mengerti betapa indahnya sebuah perjalanan. Agar kamu bisa lebih menghargai betapa kerasnya usaha yang telah dilakukan.

Dan tahukah kamu, wahai, Anakku yang laki-laki? Saat ini pun aku masih banyak merencanakan sesuatu. Dan aku juga tengah berimprovisasi dengan rencanaku itu. Meskipun aku yakin kamu tidak akan mengerti improviasi apa yang akan aku lakukan. Karena tidak mungkin bocah dua setengah tahun sepertimu memahami apa arti improviasi. Meskipun aku sendiri, sebagai bocah tiga puluh satu tahun juga sering gagal memahami langkahku sendiri. Namun, Anakku yang laki-laki, aku hanya tahu bahwa apa yang kukerjakan saat ini adalah untukmu.

Baiklah, Anakku yang laki-laki. Aku yakin kita sudah sama-sama mengerti. Seperti kata guruku saat aku sekolah dulu. "Selesai tidak selesai kumpulkan!". Dan sekarang pun, mengerti tidak mengerti semuanya harus kita lakukan.

Baiklah, aku akan menggendongmu. Karena sekarang aku sedang membawamu ke arah impian. Di sana! Cukup jauh. Tapi aku yakin kita akan tiba. Tidurlah sambil belajar dalam mimpimu sendiri. Sungguh, ketika kau bangun nanti, aku ingin mendapatimu terbang dengan sayapmu sendiri. Dan aku akan merangkai mimpi baru lagi, bersama mamamu. Untukmu, wahai, Anakku yang laki-laki. Untuk kita, karena kita laki-laki. 

Yogyakarta, 15-02-2010

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun