Mohon tunggu...
M.Farisi Abrar
M.Farisi Abrar Mohon Tunggu... Mahasiswa Bimbingan Konseling Islam UIN AR-RANIRY

Saya M.Farisi Abrar seorang mahasiswa yang berasal dari sudut barat Indonesia, yaitu Aceh dan tepatnya di Banda Aceh. Saya beranjak dari kota berasalkan Langsa, kota yang penuh kenangan baik suka, duka, dan citanya berkumpul di satu himpunan luas dalam sanubara jiwa. Saya merantau ke Banda Aceh dengan tujuan awal adalah kuliah. Menuntut ilmu, adalah hal yang sangat prioritas dalam perkuliahan ini. Namun, waktu berjalan lambat dan cepat saya banyak persoalan kehidupan yang sudah dilewati dengan berbagai macam tragedi pengalaman pribadi. Semester 4 saya berfikir "apa yang harus kulakukan, dengan banyak persoalan ini bagaimana meluapkan emosi ku". Tepat pukul 2 malam dengan penuh kebingungan saya membuka aplikasi yaitu spotify untuk mendengar musik dari band Payung Teduh, Fourtwnty, Nosstress, dan lain-lainnya. Banyak arti kehidupan yang mereka lontarkan pada lirik musik mereka, dengan multi tafsir yang disajikan kepada pendengarnya saya tergerak untuk membuat sebuah goresan tangan dengan gaya penulisan mereka. Jadi, semenjak malam itu saya sering belajar membuat puisi dan saya kirim ke platform What's App lewat story. Banyak respon positif dari teman-teman saya akan puisi yang terciptakan, hal ini membuat semakin semangat menciptakan puisi. Maka dari itu, sekarang sudah waktunya menebarkan ciptaan saya ke platform yang lebih luas yaitu Kompasiana.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Serangan Manipulatif

3 Agustus 2025   20:00 Diperbarui: 31 Juli 2025   18:09 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kata per-kata menjadi sebuah kalimat
syair yang terbuai dari mulutnya masuk ke palung sugma..

Lalu, dengan lantunan indahnya..
Kuterjebak dalam kebingungan.

Pada saat itu aku menganggapnya benar.

Namun seiring berjalannya waktu..
Aku masuk ke dalam kehidupannya..

Sekarang, kata demi kata yang berubah menjadi kalimat itu..
Telah menjadi buaian yang mengotori jiwa..

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun